Tapi apa makna hal tersebut bagi seorang anarkis? Berapa banyak yang menggunakan label ini sebagaimana mereka tetap melanjutkan pergi ke kantor setiap hari dalam kepatuhan untuk membayar uang sewa dan segala tagihan, agar mobil mereka dapat tetap melaju di jalanan, dan menghidupi keluarga mereka—sebagaimana halnya nuklir dan kekuasaan yang menghidupi perangkat stereo, TV, dan komputer-komputer mereka? Atau mungkin mereka yang duduk di latar kampus, mengumpulkan berbagai gelar sarjana—mencari sebuah tempat dalam struktur hierarki intelejensi... mereka tidak mencoblos. Mereka adalah mereka yang berpikir keluar dari masyarakat dengan memilih menjadi dasar anak tangga—mengikuti secara membabi buta segala pegangan dan sampah, yang telah merasa cukup untuk membeli komoditi subkultur terbaru dan makanan murah berikutnya. Tak ada satu pun dari orang-orang ini yang mencoblos; mereka pasti para anarkis.
Yang pasti, untuk menjadi seorang anarkis di dalam masyarakat ini adalah mengetahui hidup yang penuh dengan kontradiksi-kontradiksi. Tak ada jawaban yang mudah tentang bagaimana cara terbaik untuk menghidupi hidup dalam konflik abadi melawan kekuasaan. Tapi untuk menjadi seorang anarkis—jika ini adalah berarti segalanya—bukanlah permasalahan tentang keyakinan atau agama, atau sesuatu yang ideal. Ini adalah keputusan yang menolak untuk membiarkan hidup seseorang dideterminasikan oleh segala jenis kekuasaan, untuk menolak keterasingan yang dibebankan oleh masyarakat, untuk jangkauan penuh di mana seseorang mampu melakukannya.
Siapa pun yang menyebut diri mereka sendiri anarkis, tapi melanjutkan hidup dalam kepatuhan mungkin sebaiknya mereka mencoblos saja. Siapa pun yang menyebut diri mereka sendiri anarkis, tapi tetap melanjutkan mendaki jenjang kesuksesan akademis mungkin sebaiknya mencoblos saja. Siapa pun yang telah memilih untuk menjadi dasar anak tangga dari masyarakat ini, yang mengikuti secara membabi buta sedekah dan sampahnya, mungkin sebaiknya mereka mencoblos saja, jika ini adalah bagaimana cara mereka mendefinisikan perjuangan mereka. Karena segala pilihan-pilihan ini adalah pilihan-pilihan sederhana di mana seseorang akan mengambil tempat di dalam masyarakat daripada pilihan untuk berhadapan dengannya. Mungkin sama dengan kehinaan untuk memilih majikannya seseorang. Jika seseorang memilih untuk hidup sebagai seorang budak, orang tersebut mungkin saja berusaha memilih kejantanan dengan sangat baik, paling dermawan, paling sedikit menuntut yang mungkin pada majikan. Tapi dapatkah seseorang yang memilih untuk hidup sebagai budak-budak disebut para anarkis dengan tepat?
Pantangan dari mencoblos—penolakan khusus ini—hanya berarti sebagai sebuah aspek dari kreasi hidup yang menolak segala keterwakilan dan berusaha menghancurkan semua kekuasaan, serta membuka kemungkinan terbesar bagi kehidupan yang mandiri.
+ Willful Disobedience Vol I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar