I
Teknik dan perkakas lahir bersama Homo Sapiens beberapa ratus ribu tahun lalu. Mana yang lebih dahulu, sulit dipastikan: apakah Homo Sapiens ataukah perkakas. Teka-tekinya persis seperti teka-teki ayam dan telur. Yang agak pasti, bersama keduanya Homo Sapiens mengatasi alam dan membabarkan lakon kekuasaan manusia yang progresif. Sejak Homo Ergaster menemukan kapak batu sederhana, pemberontakan mahluk lemah yang cerdas ini terhadap alam tidak pernah bisa dihentikan. Bahkan oleh manusia itu sendiri. Seperti membuka Kotak Pandora, sekali terbuka maka pelampauan alam lewat teknik dan perkakas akan terus berlangsung selama manusia ada.
Dalam kehidupan pasca-Neanderthal, teknik dan perkakas berada di titik paling penting evolusi kebudayaan. Sebab mereka melakoni peran dialektis dan paradoks: merekalah anak sekaligus ibu kebudayaan; merekalah ayam sekaligus telur. Mereka juga Brahma sekaligus Siwa kebudayaan yang mencipta sekaligus menghancurkan. Teknik domestifikasi gandum dan domba menghasilkan Babilonia. Senjata dan teknologi perang menghasilkan keruntuhannya. Seperti nubuat Nietzsche tentang perulangan segala sesuatu secara abadi, di banyak titik kebangunan dan kejatuhan peradaban, teknologi selalu memainkan peran penting, bila bukan yang utama.