Selasa, 25 September 2012

MENAKAR DEMOKRASI: SEBUAH PERSPEKTIF ANARKIS




Belakangan terjadi kesalahpahaman mendasar perihal bagaimana kaum anarkis memahami demokrasi. Secara tegas, kaum anarkis bukanlah prodemokrasi atau sekadar penyokong demokrasi-langsung maupun jenis demokrasi radikal lainnya. Demokrasi sebagai suatu konsep modern mengenai pemerintahan politik, yang mendasari konsepnya melalui “aspirasi kekuasaan politik mayoritas”, bukanlah sesuatu yang anarkis. Dengan diiringi riuhnya ajang Pesta Demokrasi, banyak kaum radikal terbelit gaung kaum kiri nasional untuk bepartisipasi bersama elit-elit politik, untuk “merayakan demokrasi”, bahkan beberapa kaum anarkis menganggap diri mereka sebagai aktivis prodemokrasi. Dalam situasi demikian, penting bagi kami untuk menyebarkan tulisan ini sebagai suatu kritik total atas demokrasi—dalam bentuknya yang langsung maupun yang terwakilkan.

Definisi Demokrasi

Demokrasi merupakan sebuah teori pemerintahan di mana hukum, dalam pengertian luasnya, merefleksikan keinginan mayoritas yang ditentukan melalui pemilihan langsung maupun melalui perwakilan. Secara umum, demokrasi terlegitimasi melalui pengadopsian suatu konstitusi, yang melegalisasikan aturan-aturan mendasar, prinsip, tugas, dan kekuasaan dari pemerintah serta aturan dan hak individual terhadap pemerintah. Aturan yang disebut terakhir diadakan untuk melindungi individu dari kekangan mayoritas “demokratis”, sebuah konsep yang dikembangkan oleh republikanisme selama digulingkannya monarkisme.

Read More......

Selasa, 28 Agustus 2012

TEKNOLOGI KAPITALIS DAN MATINYA EKONOMI



I
Teknik dan perkakas lahir bersama Homo Sapiens beberapa ratus ribu tahun lalu. Mana yang lebih dahulu, sulit dipastikan: apakah Homo Sapiens ataukah perkakas. Teka-tekinya persis seperti teka-teki ayam dan telur. Yang agak pasti, bersama keduanya Homo Sapiens mengatasi alam dan membabarkan lakon kekuasaan manusia yang progresif. Sejak Homo Ergaster menemukan kapak batu sederhana, pemberontakan mahluk lemah yang cerdas ini terhadap alam tidak pernah bisa dihentikan. Bahkan oleh manusia itu sendiri. Seperti membuka Kotak Pandora, sekali terbuka maka pelampauan alam lewat teknik dan perkakas akan terus berlangsung selama manusia ada.

Dalam kehidupan pasca-Neanderthal, teknik dan perkakas berada di titik paling penting evolusi kebudayaan. Sebab mereka melakoni peran dialektis dan paradoks: merekalah anak sekaligus ibu kebudayaan; merekalah ayam sekaligus telur. Mereka juga Brahma sekaligus Siwa kebudayaan yang mencipta sekaligus menghancurkan. Teknik domestifikasi gandum dan domba menghasilkan Babilonia. Senjata dan teknologi perang menghasilkan keruntuhannya. Seperti nubuat Nietzsche tentang perulangan segala sesuatu secara abadi, di banyak titik kebangunan dan kejatuhan peradaban, teknologi selalu memainkan peran penting, bila bukan yang utama.

Read More......

NIETZSCHE, CYPHER, DAN TAKDIR PERSONAL




Cypher Talks to Agent Smith:

(Pausing, he examines the meat skewered on his fork) You know, I know that this steak doesn't exist. I know when I put it in my mouth, the Matrix is telling my brain that it is juicy and delicious. After nine years, do you know what I've realized? (He pops it in, eyes rolling up, savoring the tender beef melting in his mouth) Ignorance is bliss. I don't want to remember nothing. Nothing! You understand? And I want to be rich. Someone important. Like an actor. You can do that, right? All right. You get my body back in a power plant, reinsert me into the Matrix and I'll get you what you want.

The Matrix adalah salah satu film favoritku, yang seringkali aku tonton lagi saat aku merasa jenuh atau sedang galau. Film yang katanya terinspirasi dari karya agung filsuf Prancis, Jean Baudrillard, ini memang menarik—yah paling tidak filmnya cukup menghiburlah, terutama bagi orangorang yang menggandrungi teori-teori terkini mengenai kritik terhadap modernisme. Di salah satu adegan, Neo bahkan memegang sebuah buku berjudul Simulacra, sebuah teori dari Baudrillard yang singkatnya menjelaskan proses memanipulasi kenyataan. Simulakra sendiri bukanlah sesuatu yang baru sebenarnya. Beberapa tahun sebelum Baudrillard, Guy Debord—yang juga dari Prancis—telah menerbitkan buku (yang kemudian juga dibuat film oleh orang yang sama) berjudul Society of The Spectacle. Secara konsisten, Debord beserta para individu yang bertemu dalam Situationist International terus menelurkan analisaanalisa turunan untuk mengungkap spektakel (atau simulakra, dalam bahasa Baudrillard) yang merupakan efek langsung dari kapitalisme mutakhir.

Read More......