Senin, 12 Januari 2009

INDUSTRIALISASINDUSTRI

Sejarah Lahirnya Industri

Berbicara mengenai hadirnya industri maka kita tidak akan terlepas dari dampak hadirnya revolusi hijau, munculnya sebuah peradaban baru mengenai eksploitasi hasil alam untuk memenuhi kebutuhan, keinginan untuk menjaga persediaan pangan hingga ketahanan pangan[1] yang menggiring munculnya keinginan untuk saling menguasai.

Sepertinya semua mungkin sudah memahami sejarah lahirnya industri, penemuan teknologi mesin uap, kebutuhan konsumsi dalam skala besar[2], memaksa proses produksi bergerak lebih cepat, lebih efisien dengan harga yang bersaing di pasaran untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian proses produksi yang lebih besar membutuhkan tenaga kerja yang lebih besar pula, untuk mengurangi beban biaya produksi, maka pada masa itu jam kerja ditingkatkan dan upah diturunkan, bla..bla..bla…, terjadi pergolakan mengenai kesepakatan upah, jaminan kesehatan dan bermacam tuntutan untuk kesejahteraan kaum pekerja terus bergolak hingga saat ini, karena kapital, korporat, birokrat dan aparat tidak akan memudahkan pekerja untuk sejahtera, sebelum mereka meraih keuntungan terlebih dahulu. Pergolakan kaum buruh pun dicatat sebagai peristiwa penting dalam sejarah manusia seperti revolusi industri, revolusi perancis dan banyak revolusi yang disebabkan tingkat kesejahteraan yang berbeda antara kaum borjuis dan proletar di masa itu.

Lalu menjadi sebuah pertanyaan bagaimana mungkin industri menjadi sesuatu yang berbahaya bagi kehidupan semua manusia? Bukankah industri hanya sebuah problem bagi pemilik pabrik dan pekerjanya, bukankah industri bukan ancaman bagi kita semua, insureksi hanya akan terjadi bagi pekerja buruh, bukan kawan, ini adalah permasalahan kita semua, artikel ini mencoba mengulasnya.

Bagaimana Industri Saat Ini?

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor utama tumbuhnya industri di masa sekarang, dengan ditemukannya peralatan kerja yang canggih, faktor sumber daya manusia yang mengoperasikan peralatan produksi dengan bermacam spesialisasi pekerjaan, tenaga kerja rendahan yang mudah sekali untuk diatur dengan sistem outsorcing[3], serikat pekerja yang tak ubahnya hanyalah barikade pengekang kesejahteraan pekerja, semua hal yang saling berdampingan ini membuat proses produksi semakin efisien. Namun sebuah hal yang sangat aneh untuk bisa dikategorikan ‘efisien’ pada saat ini, melihat semakin banyaknya pemborosan energi dan semakin tingginya angka hasil produksi sehingga industri menemukan permasalahannya sendiri. Dengan meningkatnya hasil produksi, maka dibutuhkan banyak komponen untuk menyalurkan hasil produksi, karena gudang-gudang penyimpanan semakin penuh, satu-satunya tempat yang ditujukan bagi barang hasil produksi ini adalah masyarakat dengan daya beli yaitu konsumen.

Sebagaimana pergeseran makna industri yang saat ini menjadi sebuah gabungan dari beberapa aktivitas kerja, industri tidak hanya sumber daya alam yang diolah menjadi benda pakai, tetapi industri menjadi sebuah kerjasama yang luas untuk menghasilkan produk, di mana dalam industri dibutuhkan pemasok energi, rekanan kerja di bidang pembangunan dan perawatan sarana dan prasarana tempat produksi, pemasok tenaga kerja untuk proses produksi (terlepas apakah rekanan tersebut untuk tenaga ahli, tenaga terampil hingga pekerja kelas atas, menengah maupun bawah), rekanan sebagai suplai perencanaan dan teknologi, pemasok bahan baku yang digunakan sebagai produksi, rekanan dalam penyimpanan hasil produksi, rekanan dalam bidang distribusi hasil produksi, rekanan birokrasi yang memperlancar

Sebuah industri yang kuat juga ditopang dengan jaringan pemasaran yang kuat, sebuah jaminan atas kokohnya dinasti industri. Jaringan pemasaran yang mengglobal juga hadir dengan strategi-strategi yang mampu mengusai pasar global, hal ini diperkuat dengan munculnya lembaga yang mengatur legalitas perdagangan yang menembus batas negara, hadirnya juru selamat atau malah malaikat kematian bernama World Bank, International Moneter Fund, World Trade Organization, Group of 8 dan masih banyak nama-nama lain yang mempersatukan dunia menjadi sebuah pasar tanpa batas, menjadikan pihak-pihak borjuis tanpa batas yang bermakna lain selain melahirkan miliaran proletar tanpa batas juga.

Industri adalah sebuah surga yang dihadirkan ke dunia bagi kapitalisme, sebuah hak untuk mengekspliotasi segala hal yang ada di muka bumi untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya. Sebuah wahyu dari sang pencipta di mana manusia ditakdirkan untuk menguasai bumi, dengan pandangan industri adalah sebuah pembenaran untuk mengabiskan semua kekayaan alam, hal ini dianggap sebagai sesuatu yang seharusnya dilakukan, bahkan negara memberi legalitas bagi pihak industri untuk menghabiskan semua hasil alam dan memusnahkan penduduk lokal yang ingin menghalangi munculnya industri[4]. Peristiwa-peristiwa berdarah yang menjadi tumbal munculnya industrialisasi justru dilupakan, pihak-pihak yang diuntungkan dengan hadirnya industri semakin berpesta.

Di samping hingar bingar industri saat ini ancaman akan kehancuran bumi semakin membayangi, perubahan iklim yang mengglobal, meningkatnya suhu bumi, meningkatnya permukaan laut, semakin menipisnya persediaan bahan bakar, bukan menjadi sebuah kekhawatiran dunia. Yang menjadi fokus untuk dinasti industri adalah bagaimana menghindari “kerapuhan ekonomi” yang bisa mengancam mereka, bukanlah sebuah “kerapuhan lingkungan” yang akan mengancam generasi penerus, seakan kita bisa membeli sebuah planet baru untuk ditinggali jika bumi ini hancur nantinya.

Apa Bahayanya Industri Dengan Kehidupan Saat Ini?

Pemilihan jalan hidup peradaban manusia menjadi budaya industri adalah sebuah tindakan yang membuka kotak pandora bagi kelangsungan semua bentuk kehidupan di muka bumi. Dengan memilih jalur industri, berarti memilih untuk melakukan pengerukan sumber daya yang lebih besar, dengan imbas hasil produksi yang lebih tinggi, dengan imbas pemasaran yang lebih tinggi, dengan imbas konsumen yang lebih tinggi, dengan imbas konsumsi yang lebih tinggi, dengan imbas pembelanjaan yang lebih tinggi, dengan imbas daya beli yang lebih tinggi, dengan imbas konsumen yang harus memiliki pendapatan yang lebih tinggi, dengan imbas bekerja lebih banyak, untuk memuaskan tingkat konsumsi yang lebih tinggi, dengan kata lain, manusia harus bekerja lebih giat agar mampu menemukan posisinya sebagai konsumen dengan kelas di dalamnya.

Keterasingan antara manusia dan hidupnya juga dimulai dengan keinginan untuk mengkonsumsi, dengan munculnya keterasingan itu, manusia semakin melupakan tempat hidupnya yang memberikan sumber daya untuk proses industri, perusakan lingkungan yang dikarenakan kebutuhan industri semakin besar, membuat manusia tidak memiliki kontrol atas lingkungannya sendiri, karena keterasingan aktivitas manusia (kelompok konsumen) dengan lingkungannya, di mana semakin banyak masyarakat yang dibingungkan untuk memperoleh upah yang tinggi dengan mengabaikan tempat tinggalnya. Perusakan lingkungan sebagai imbas industri pun dianggap hal wajar, karena tingginya tingkat konsumsi, padahal hasil produksi saat ini mampu untuk mencukupi (cenderung lebih) kebutuhan masyarakat untuk beberapa puluh tahun ke depan, lalu kenapa proses produksi tidak dihentikan?

Dalam Hal Ini Kita Hanya Diposisikan Sebagai Konsumen

Dengan adanya alienasi terhadap lingkungannya, semakin tertanam di otak manusia sebuah pemikiran untuk terlibat semakin dalam untuk memperoleh pendapatan yang besar, untuk menunjukkan statusnya di masyarakat, dengan demikian sebuah permasalahan sosial yang muncul untuk saat ini adalah sebuah hal yang wajar. Seorang workaholic bukan lagi dianggap sebagai manusia dengan gangguan mental, tetapi adalah seorang profesional yang layak dijadikan contoh. Kegilaan terhadap kerja membawa imbas yang serius, gangguan medis berupa insomnia, paranoid, dan depresi menjadi gangguan sehari-hari yang tidak lepas dari masyarakat yang terjebak dalam penghambaan uang. Gangguan sosial seperti tingkat perceraian, kekerasan, penggunaan obat-obatan terlarang menjadi sebuah pertukaran yang adil di masyarakat industri yang sangat menghambakan sebuah kekuatan finansial yang mutlak dan berkesinambungan.

Penghamburan uang untuk benda-benda absurd[5] juga bukan lagi sebuah hal aneh, di mana seorang anak bisa dengan mudah menghabiskan uangnya untuk membeli pulsa telepon (yang mana hal wajar bagi seorang anak di era sebelumnya adalah membeli mainan dan makanan), kegilaan orang tua terhadap hal-hal yang bukan kebutuhan pokok dan mendesak dengan istilah lainnya adalah “hobi”, hingga shopaholic sang ibu, dan banyak alasan lainnya yang tak lain adalah wujud suksesnya sang penjual untuk melariskan barang dagangannya. Kita bahkan tidak memiliki kontrol lagi terhadap pola hidup karena semua telah terbentuk dengan sendirinya, bahkan kita yang membentuk pola untuk larut di dalamnya.

Industri melibatkan banyak pihak di dalamnya, ancaman industrialisasi bukan hanya dari produk-produk ciptaan pabrik, tetapi industri sendiri menguasai kehidupan manusia, karena kita semua adalah mesin-mesin industri masa kini, di mana industri menggeneralisasi hasrat konsumsi individu sehingga manusia bukanlah manusia, tetapi hanya sebagai demografi, kelompok umur yang hanya digunakan sebagai statistik karena kesamaan pola konsumsinya.

Kelompok usia anak-anak adalah kelompok yang dipersiapkan sejak awal untuk memasuki industri, kelompok remaja adalah kelompok yang dipersiapkan untuk menjadi konsumen dari hasil industri, kelompok dewasa adalah motor penggerak industri (produksi, distribusi dan konsumsi berada pada kelompok ini).

Manusia memang dipersiapkan untuk industri, di mana sistem tata kota pun mengarah ke sana, pengelompokan pemukiman, daerah industri, perdagangan, perkantoran, industri lagi, pemukiman kumuh sekitar industri, pembuangan sampah, jalan, kawasan industri terpadu, sekolah, sarana publik, kantor pemerintahan, perumahan elit, pusat perbelanjaan, sentra industri, dan semua pembukaan lahan baru untuk keperluan industri dan konsumsi. Tanpa pernah berharap adanya daerah resapan air. Keuntungan besar di bidang ekonomi dan masalah lingkungan menjadi konsekuensi yang harus diterima, banjir dan gangguan saluran air bukanlah sebuah masalah serius, tetapi bagaimana mempersiapkan sebuah akses bagi lancarnya industri dan lancarnya pengurasan finansial masyarakat adalah hal yang perlu diutamakan. Dan manusia adalah korban dari industrialisasi yang diciptakannya sendiri, sebuah lingkaran setan yang tidak akan berhenti beregenerasi, berevolusi dan berkembang, sehingga industri saat ini yang banyak kita temui adalah ancaman terhadap hidup harian, bahkan kita juga terlibat di dalamnya.

Dan Kita pun Terjebak di Dalamnya

Industri saat ini bukan hanya mesin produksi dan pabrik, industri adalah mesin uang, kita akan sulit terlepas darinya, bekerja keras untuk memproduksi benda atau jasa, dengan harapan memperoleh upah yang besar, untuk kemudian dikonsumsikan ke dalam bentuk benda atau jasa, sebuah perputaran yang tidak akan pernah habis. Subliminasi[6] terhadap citra-citra yang ditanamkan oleh media membuat kita tidak akan pernah untuk mengkonsumsi, bahkan peran prestise, trend, gengsi juga mempengaruhi pola konsumsi. Hanya ada satu jawaban untuk mengatasi semuanya, berusaha untuk memperoleh pendapatan lebih besar untuk bisa mengkonsumsi kebutuhan yang semakin besar. Dan semakin terlarut, bahkan kita melupakan siapa diri kita sebenarnya, kultur, budaya, sejarah dan harga diri, inilah beberapa wajah industri yang bisa saja menjebak kita di dalamnya:

Industri Hiburan

Sudah bukan barang asing lagi di telinga kita, ini adalah industri yang erat, yang hadir setiap harinya dalam kehidupan kita, bahkan ini adalah nafas bagi kehidupan kita. Perwujudan industri ini sangat menghipnotis, setiap hal yang mampu mewakili kesenangan dan kebutuhan kita seperti halnya, berita, informasi, olahraga, pendidikan, musik, permainan (analog maupun digital) semuanya dikemas sedemikian rupa dalam sebuah industri hiburan yang mampu menangkap celah dari telekomunikasi.
Kebutuhan manusia akan hiburan (terutama untuk masyarakat perkerja yang terlibat dalam industri) adalah hal pokok, di mana ini adalah sebuah usaha untuk menyegarkan kembali tubuh dan pikiran dari ketegangan dan tekanan yang diperoleh di tempat kerja. Untuk bisa menyibukkan diri kembali esok harinya agar dapat beraktivitas dengan segala ketegangan dan tekanan dalam proses produksi di dunia industri. Kita menyadari hal ini, tetapi kita tidak akan melawan kebudayaan kerja ini, bahkan jam istirahat pun akan dikorbankan untuk proses refresh melalui industri hiburan, padahal tidak sedikit uang yang dikonsumsikan untuk bisa memperoleh hiburan - biarlah kami membayar untuk memperoleh kebahagiaan kami.

Hadirnya media, membuka angin segar untuk industri ini, dan para penjual pun menyadari penanaman merek melalui jalur ini adalah hal yang sempurna, bagaimana media cetak: koran, majalah, buku dan lainnya, juga media elektronik: radio, televisi, internet, jaringan telekomunikasi, menjadi sebuah jalan untuk menggelontor kelebihan produksi yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik melalui iklan-iklannya. Hadirnya ikon-ikon penjualan seperti selebriti, olahragawan, musisi, politikus dan siapa pun yang menjadi idola merupakan jaminan mutu bagi penjualan hasil produksi, bahkan pengiklan tidak menemukan batasan usia dalam langkahnya, hadirnya iklan mobil dalam dunia hiburan anak-anak adalah sebuah usaha di mana pengaruh anak sangat besar untuk menggerogoti daya beli orang tuanya. Proses penjualan industri ini adalah mempermainkan imaji seseorang sehingga menjadi sama dengan sang idola pujaannya, walau dalam kenyataannya ia tetaplah individu yang berbeda.

Proses penjualan antar teman atau dengan jaringan pemasaran berjenjang, membuat miliaran manusia berbondong-bondong untuk larut sebagai penjual barang-barang hasil industri, dengan iming-iming bonus yang menjanjikan, melupakan sejenak kesadaran bahwa sebenarnya kitalah konsumen itu, kita bukan penjual, tetapi kita adalah konsumen. Bagaimana industri membuat pasar remaja menjadi target pasar, karena ini adalah kelas sosial yang paling rapuh di mana masih mencari jati diri, tetapi ini adalah sebuah sasaran empuk untuk merubah remaja menjadi robot konsumen, penciptaan tren melalui media khusus yang ditujukan untuk mengatur pola konsumsi remaja, sebuah proses pelarutan bahwa manusia adalah konsumen.

Keterpurukan masyarakat untuk selalu tergantung pada konsumsi juga didukung penuh oleh lembaga negara, banyak aparatur negara dengan komisi-komisinya justru menjerumuskan masyarakat untuk tetap menggantungkan keinginannya akan industri hiburan, dukungan penuh untuk industri ini terlihat dari semakin tingginya minat masyarakat untuk menjadi bagian dari idolanya, semakin besarnya unsur kekerasan, seksualitas, dalam tayangan televisi yang tidak memberikan pembelajaran bagi masyarakat, semuanya bukan diberangus oleh negara, tetapi ini adalah sebuah ladang uang untuk pemasukan uang bagi negara. Bahkan untuk menikmati hiburan kita akan dikenakan pajak, munculnya sistem pajak di industri ini bukanlah sebuah beban bagi pemain di industri ini, tetapi ini adalah wujud dukungan penuh dan jaminan keamanan bagi kelangsungan industri hiburan.

Industri Pangan

Sebuah langkah panjang untuk lahirnya industri pangan, tapi semuanya dimulai semenjak manusia memulai sebuah revolusi hijau[7] dan membutuhkan sebuah sistem pangan dan pertaniannya, sebuah usaha untuk menciptakan stok makanan yang tiada habisnya, dengan teknologi penanaman, bibit unggul, dan singkatnya masa tanam, bagusnya kualitas panen dan penjualan hasil panen.

Kelebihan hasil produksi pangan di suatu daerah, ditambah perkembangan teknologi yang mampu memperpanjang usia penyimpanan makanan, membuat industri ini tumbuh pesat, karena makanan adalah hal penting bagi kehidupan manusia, dalam industri ini makanan diinvestasikan sebagai bahan yang diolah menjadi bentuk baru (terlepas apakah bentuknya masih tetap atau sudah berubah) dengan tambahan bahan pengawet yang kemudian dikemas diberi embel-embel tambahan nutrisi, vitamin dan mineral, dan siap untuk didistribusikan dengan harga yang berlipat ganda daripada makanan itu jika dijual sediakalanya.

Industri ini menawarkan bahan makanan yang bisa dikonsumsi kapan saja, tidak memperdulikan apakah makanan ini ada pada musim panennya atau pada musim pacekliknya, dengan harga yang relatif sama (mahalnya), untuk menghadirkan sebungkus kentang olahan yang sudah diolah menjadi keripik yang biasa menemani waktu santai kita, dibutuhkan ratusan atau ribuan pekerja yang bertugas dari proses penanaman, pengolahan, pengemasan, distribusi hingga pemasarannya, bukan sebuah proses singkat dan kandungan kentang yang sudah bukan lagi orisinal yang harganya juga sudah mengalami pembengkakan untuk menutupi proses hadirnya keripik kentang itu kepegangan tanganmu.

Kelebihan hasil produksi pangan di suatu daerah, tentunya akan diimbangi dengan kekurangan pangan di daerah lain, ini juga merupakan peluang bagi industri ini, dengan konsep generalisasi selera konsumen maka tidak adalagi batasan untuk berkata tidak dalam konsumsi industri pangan, bagaimana gerai-gerai makanan cepat saji yang ada di seantero muka bumi ini dengan menu, rasa, dan kuantitas yang sama, bukanlah sebuah hal yang natural untuk menggeneralisasi selera. Dampak dari industri ini juga sangat melekat dengan masyarakat kita, di mana makanan cepat saji menjadi solusi bagi setiap individu. Kepraktisan, itulah kata kuncinya, sehingga permasalahan obesitas dan penyakit lainnya menjadi sebuah hal yang general, sebuah globalisasi selera makan dan pengglobalisasian masalah sosial. Menakjubkan bukan? Metode serupa juga terjadi untuk produk konsumsi lainnya, minuman, tembakau, dan banyak lagi produk pangan lainnya, yang mana semua membuat hidup menjadi sebuah panggung konsumsi global.

Regulasi-regulasi dalam industri ini bukanlah sebuah hal aneh lagi, sebuah usaha perlindungan terhadap industri ini pun diwujudkan dalam sertifikasi pangan melalui badan pengawas makanan, cukai terhadap produk pangan, hingga sertifikasi halal melaui lembaga-lembaga yang pada dasarnya adalah mencari keuntungan di mana mereka adalah bukan pemain inti dalam industri pangan tetapi ingin memperoleh posisi penting untuk bisa mengatur dan memperoleh pemasukan dari industri ini.

Industri Pendidikan

Bukan sebuah rahasia umum lagi jika dalam hal yang satu ini terjadi perputaran bahan dan modal yang mana berusaha meraih nilai lebih, bermain pada aspek yang abstrak, di mana ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang bisa dihitung atau diukur kadarnya, sehingga munculah sebuah standarisasi terhadap ilmu pengetahuan, berupa tes-tes, ujian-ujian yang berakhir pada statistik nilai dan angka, sistem penghitungan yang absurd.

Setiap anak diwajibkan untuk bersekolah, diwajibkan untuk menyerahkan sepertiga hidup, kebebasan, kreativitas dan masa kanak-kanaknya untuk patuh pada sistem pendidikan, diwajibkan untuk membeli buku-buku pedoman, diwajibkan untuk mengikuti kurikulum yang mereka sendiri tidak mengetahui untuk apa mengikuti semua pola itu. Mengikuti pendidikan di sekolah-sekolah negeri, swasta dan asing menjadi pilihan, sekali lagi permainan gengsi menjadi tolok ukur dari semua ini, kita tidak benar-benar bisa memahami dan mengerti untuk apa kita menghabiskan puluhan tahun untuk memperoleh pendidikan dari sekolah hingga universitas, karena semua itu hanya bertujuan untuk membentuk sosok pekerja yang dengan mudahnya bisa diatur dalam dunia industri kelak, ironis.

Para kapital pun menemukan celah untuk mengeksploitasi pendidikan menjadi sebuah tambang uangnya, dengan bergerak langsung dalam bidang pendidikan, hadir sebagai produsen keperluan pendidikan, sebagai pihak asing yang memberikan bantuan untuk siswa bisa memperoleh pemahaman lebih di luar jam sekolah dengan wujud bimbingan belajar, kursus dan banyak nama lainnya dengan metode khusus dan lisensi dari bisnis pendidikan multinasional. Maupun hadir sebagai pemain yang tidak bergerak di bidang pendidikan, tetapi tetap bisa masuk ke pasar para pelajar, menanamkan ke dalam benak setiap pelajar bahwa berwirausaha adalah pilihan yang sangat tepat, buatlah kegiatan, komunitas dan eksposlah semua itu bersama dukungan media mainstream, membuat sebuah doktrin bahwa setiap kegiatan dilingkungan sekolah maupun kampus membutuhkan dukungan dana sponsor, bukan sebuah kegiatan swadaya. Sponsor dan sponsor, selalu hadir dalam kegiatan dan bantuan fasilitas sekolah, bahkan sekarang sulit untuk tidak menemukan logo atau merek perusahaan kapitalis di sekolah maupun kampus.

Sadarkah bahwa sekolah saat ini semakin mengekploitasi peserta didiknya, munculnya bintang sekolah dengan merek-merek terkenal dan mahal, sekelompok siswa-siswi yang terlihat lebih dewasa dalam penampilannya bila dibandingkan dengan usianya, beberapa murid terlihat lebih matang dan menggoda penampilannya karena imbas industri hiburan, atau sebagian lainnya justru terlihat lebih tua dan serius dari usianya karena beban kurikulum yang memaksa mereka untuk belajar terus-menerus. Bahkan sebagian lainnya akan terlihat sangat depresi karena tingginya standarisasi kelulusan, frustasi yang mendalam hingga kecenderungan merusak tubuh dengan zat aditif atau percobaan bunuh diri, mungkin keceriaan anak-anak akan hilang beberapa dekade mendatang, karena beban kurikulum, beban pergaulan yang menuntut seorang murid harus gaul, modis dan trendy, atau sekedar salah pergaulan.

Pendidikan memang berubah, lalu siapa yang menggiring pelajar menjadi seperti ini, pembuat kurikulum-mungkin, imbas dunia hiburan-mungkin, pergaulan anak muda saat ini-mungkin, himpitan ekonomi-mungkin juga, keluarga-mungkin, terlalu banyak yang harus ditanggung generasi muda saat ini bila dibandingkan dengan usia mereka yang masih sangat muda. Mungkin juga korban ambisi orang tuanya, karena sewaktu mereka muda dulu ada sebuah keinginan yang tidak tercapai dan sang anak dituntut untuk mampu memenuhi harapan orang tuanya.

Bagaimana gambaran dunia kerja juga ditanamkan semenjak masa sekolah, bagaimana semua hanya dinilai dalam deret ukur, sebuah prestasi akademis, yang menunjukkan siapa yang pantas diperhitungkan, sekolah semakin mengutamakan munculnya individu, kerjasama dan persahabatan semakin hilang demi mencapai nilai yang baik, usaha-usaha kecurangan semakin dibudayakan, pembelian soal ujian hingga transaksi nilai dan ijazah, hanyalah sebagian kecil kebusukan industri pendidikan.

Sungguh kasihan anak-anak saat ini, ketika mereka diberi fasilitas yang lebih baik ternyata mereka harus kehilangan masa kecilnya, ketika usia tiga tahun harus sudah memasuki playgroup, yang dilanjutkan ke taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah ataupun kejuruan hingga perguruan tinggi, yang akhirnya harus menjadi robot-robot pekerja di dunia industri, tanpa pernah lagi bisa menikmati kebebasan masa kecilnya.

Industri Kesehatan

Sebuah kebutuhan mendasar bagi manusia yang mana kesehatan semakin digunakan sebagai mesin uang, fasilitas dan pelayanan dalam industri ini bermain ditaraf gengsi, pencitraan akan kelas sosial yang dieksploitasi dalam wujud “kesehatanmu adalah kemampuanmu untuk membayarnya”, obat yang digunakan memiliki tingkatan kualitas sehingga pilihan untuk sehat saat ini adalah bagaimana konsumen mampu membeli obat terbaik dari produsen obat terbaik, dengan perawatan rumah sakit terbaik dan di bawah pengawasan tenaga medis terbaik.

Kemanusiaan bukanlah sebuah filosofi bagi industri ini, itu hanya sebuah slogan yang menjadi kedok. Ya, ketika sebagian orang mendonorkan darah secara cuma-cuma, industri ini justru menjualnya dengan harga tinggi bagi yang membutuhkan tranfusi darah. Ketika sebagian beramal menyumbangkan bantuan obat-obatan, industri ini justru mengekspos dengan berlebihan siapa yang berbaik hati (sebagai keperluan bisnis tentunya). Industri ini tidak hanya menyerang orang-orang yang terkena penyakit atau ingin disembuhkan, tetapi bagaimana manusia yang sehat sekali pun tetap terjebak di dalamnya, mengeksploitasi kesempurnaan fisik, di mana kekurangan dalam hal fisik adalah sebuah masalah kesehatan. Bagaimana suplemen kesehatan berbasis bahan kimia maupun natural yang diolah secara proses kimiawi yang diproduksi saat ini, vitamin, mineral yang harus dikonsumsi oleh tubuh, bagaimana kelebihan berat badan menjadi problem yang diekspliotasi menjadi mesin uang, operasi-operasi di luar pengobatan menjadi sebuah anjungan tunai mandiri bagi industri kesehatan ini. Operasi sedot lemak, operasi plastik untuk memperbaiki bentuk wajah, memperbesar atau mengecilkan organ tubuh, dengan biaya yang tidak sedikit dalam setiap perhelatannya.

Peranan iklan dan media sangat berpengaruh, pencitraan tubuh yang sempurna dan menarik perhatian lawan jenis adalah sesuatu yang harus ditanamkan dalam benak individu, penggunaan kosmetik[8] perawatan dan kebersihan tubuh, semua hanyalah serbuan sederhana yang digunakan di sini. Bahkan industri ini juga mempengaruhi mental bagi konsumennya, bagaimana terjadinya peningkatan angka anoreksia saat ini. Anoreksia adalah sebuah pola hidup yang menggambarkan kecantikan dalam bentuk tubuh kurus, cenderung sangat kurus seperti layaknya model di catwalk yang hanya kulit sebagai pembungkus tulang tanpa ada lemak ataupun daging, dengan metoda diet yang ketat, di mana konsumsi per hari hingga kurang dari 400 kalori (pada umumnya konnsumsi harian adalah 2000 kalori), juga praktik bulimia dan lainnya sebagai pegatur diet pro-ana. Pola anoreksia juga diiringi dengan kegilaan lain berupa bigoreksia, di mana kesempurnaan tubuh adalah bentuk tubuh yang besar dan kekar layaknya binaragawan, dengan konsumsi obat-obatan, nutrisi, dan konsumsi pangan, ditandai dengan hadirnya pusat-pusat kebugaran dan penjualan suplemen secara bebas di masyarakat.

Peranan banyak pihak juga membuat industri ini semakin menjadi pundi-pundi uang yang tidak akan pernah habis, setiap orang pasti sehat atau sakit dan semua membutuhkan obat ataupun suplemen. Sebut saja program pelayanan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu, yang justru semakin terlupakan dan pelayanan yang dianaktirikan, sehingga banyak yang lebih memilih sebagai pasien normal untuk berobat karena fasilitas pelayanan yang tidak maksimal dengan biaya yang cukup besar juga. Munculnya peraturan jaminan sosial bagi tenaga kerja, di mana setiap individu harus memiliki pekerjaan untuk bisa menikmati fasilitas ini, yang berarti setiap individu harus mengikuti sistem kerja industri. Peranan industri farmasi penghasil obat-obatan yang bekerja sama dengan birokrasi membuat sebuah standarisasi kesehatan masyarakat, pengaturan jumlah penduduk karena tekanan bank dunia, peredaran psikotropika oleh jaringan internasional yang dilindungi oleh oknum bernama negara dan aparatnya, benar-benar sebuah usaha konspirasi “sakit” bagi bidang yang “sehat”.

Industri Pornografi

Ruang imaji individu dipuaskan dalam eksploitasi tubuh-tubuh indah yang melambungan hasrat, di mana banyak pihak yang terlibat di dalamnya, bahkan sang pemeran utama yang dieksploitasi (laki-laki ataupun perempuan bahkan binatang sekalipun) tidak menyadari bagaimana mereka bisa terlibat di dalamnya karena ini adalah sebuah tipu daya industri di mana profesi menjadi dalih untuk sebuah usaha eksploitasi. Industri ini memiliki jaringan yang sangat besar dengan pangsa pasar yang jauh lebih besar. Merendahkan anggapan bahwa seks adalah sesuatu yang hina, picisan dan sangat binatang, bukan sebagai sesuatu yang sakral dan terhormat, memutarbalikkan makna, sehingga seks adalah sesuatu yang tabu untuk dipahami.

Hasrat seksual dikupas habis-habisan dalam bentuk lokalisasi-lokalisasi dengan beragam nama dan atraksi yang ditawarkannya, video-video rekaman yang bisa kita nikmati dalam bentuk kepingan CD ataupun file-file di komputer, cetakan-cetakan buku, majalah dari kelas eksklusif hingga kelas kacangan yang murah meriah, semuanya adalah bentuk lain uang bagi kapital yang bergerak dalam industri ini. Legalisasi transaksi seksual yang dilokalisir oleh pemerintah hadir di setiap kota di penjuru muka bumi - adalah sebuah usaha untuk mengokohkan pondasi bisnis ini sebagai bisnis legal yang boleh dilakukan dengan aturan main yang rancu.

Ada sebagian yang diuntungkan dengan hadirnya industri ini, namun sosok fundamentalis dan konvensional tentunya akan merasa jengah akan semua ini, mereka yang merasa sok suci dan menolak eksploitasi seksual berteriak untuk membatasi gerak bisnis hasrat ini, kemunculan perundangan pun menjadi salah sasaran, karena sejatinya yang menjadi korban dari pembatasan ini adalah wanita dan kelompok yang lemah secara hukum dan ekonomi, bukan industri besar yang bergerak di bidang pornografi. Kemerosotan moral bukanlah alasan munculnya industri ini, tetapi lebih didominasi kebutuhan untuk mengikuti pola konsumsi masyarakat luas, bisnis ini hanyalah sebuah jalan pintas, terlebih bagi generasi muda, karena semua pada intinya adalah bagaimana memenuhi keinginan untuk mengkonsumsi, mengikuti anjuran konsumsi para pemasar ciptaan dunia industri.

Industri Jasa

Mungkin masyarakat tradisional akan merasa heran bila menolong orang lain dengan tenaga dan waktu menjadi sebuah usaha untuk memperkaya diri secara material. Justru industri ini semakin berkembang dengan baik, walaupun bentuk industri ini bias dan tidak jelas mengenai standarisasi baku apa saja yang dinilai menjadi uang, tetapi dengan mengekploitasi alienasi yang terjadi di masyarakat, hal ini adalah sebuah peluang yang sempurna.

Ini adalah lapangan pekerjaan baru, jasa pengamanan, pelayanan, pengiriman, konsultasi, kebersihan, makelar perdagangan, broker saham, dan banyak jenis lainnya, bisnis ini bukan sebuah pertukaran benda dengan uang, melainkan pertukaran tenaga, kemampuan, waktu menjadi uang. Apakah konsumen merasa puas ataupun tidak bukan menjadi suatu masalah, selama jasa sudah diberikan konsumen tetap harus membayarnya dengan standarisasi yang tidak jelas pastinya, apakah dinilai dari tingkat kesulitan, waktu kerja atau spesialisasi.

Memudahkan konsumen (yang berkelebihan materi tentunya) menjadi alasan, yang sebenarnya adalah usaha menjerumuskan individu untuk semakin jauh dengan kehidupannya. Bagaimana kita diberi kemudahan dengan layanan jasa untuk pengurusan surat menyurat administrasi yang berhubungan dengan birokrasi, layanan pengasuhan, antar jemput dan pendidikan anak, jasa kebersihan dan keamanan tempat tinggal, yang mana bertujuan bagaimana kita dibentuk untuk semakin banyak mencari uang untuk membayar penyedia jasa yang sejatinya adalah hidup kita sendiri. Dengan kata lain mewakilkan hidup kita kepada orang lain dengan imbalan uang. Ya, uang adalah segalanya untuk dunia industri, tak bisa dipungkiri, kita adalah penyembah materi, pada awalnya materi digunakan untuk memudahkan hidup manusia untuk bertransaksi, tetapi kini materi berbalik menguasai hidup manusia untuk terus bertansaksi.

Ketergantungan individu terhadap jasa tidak bisa dihindari lagi, dengan uang kita bisa membeli segalanya - adalah makna dunia industri terhadap konsumsi, ketergantungan akan penyedia jasa pemasok energi, air, transportasi yang dimediasi oleh perusahaan negara dan swasta semakin melarutkan kita untuk menganggarkan pengeluaran untuk dibayarkan kepada pihak-pihak yang membuat hidup semakin penuh ketergantungan, bukan sebuah ketergantungan yang bersifat persaudaraan dan kekeluargaan, tetapi sebuah ketergantungan yang didasari atas uang.

Industri Kepercayaan

Memanfaatkan sisi spiritual dan religius masyarakat sebagai mesin uang, bukan hal aneh untuk saat ini, bagaimana masyarakat fundamentalis yang muncul sebagai masyarakat dominan semakin melanggengkan, membuat masyarakat meyakini sesuatu secara berlebihan, mendramatisir sebuah keyakinan menjadi sesuatu yang mutlak dan paling benar adalah sebuah usaha untuk mengeruk keuntungan lebih maksimal. Dengan dalih donasi ataupun sumbangan sukarela pengikut ajaran akan dengan mudah memindahkan materi yang dimiliki ke kantong sang penjual kepercayaan.

Tidak ada transparansi dalam pengelolaan dana yang digalang dari masyarakat, karena semua dibutakan oleh sebuah hukum absolut kepercayaan yang dianut, sebuah industri yang tidak dapat dibantah secara rasio. Dengan iming-iming kebahagiaan dan ganjaran sebuah tempat di hari akhir nanti semua menjadi lebih gampang untuk dilakukan, dan para konsumen fundamentalis akan berlomba-lomba untuk menyumbangkan uangnya semakin besar dan rutin. Banyak kita temui seperti hadirnya rumah zakat, pondok pesantren, pengajian, kebaktian-kebaktian, KRR, hingga persepuluhan yang semuanya adalah penggelontoran dana umat ke tangan individu atau kelompok yang tidak jelas alirannya.

Tidak jelas siapa yang diuntungkan di sini, bahkan sang pencipta yang ajarannya disebarkan dan dianut tidak mendapat bagian dari dana yang sangat besar itu. Hanya ada segelintir pihak yang bergelimang harta, bahkan semakin banyak masayarakat yang hidup di bawah standar kesejahteraan yang semestinya mendapat dana umat tetapi semakin terabaikan. Penyelewengan dana umat pun merebak hingga ke ranah pemerintahan, digunakan untuk kepentingan pribadi tentunya, juga sebagai kartu truff menunjukkan kokohnya posisi mereka.

Sertifikasi yang dikeluarkan oleh sekelompok pembesar kepercayaan juga merupakan bagian dari usaha memperkaya diri, hingga akhirnya eksploitasi kepercayaan digunakan untuk meraih posisi di percaturan politik. Memalukan tentunya, tetapi industri ini hanyalah perputaran uang, di mana kita menciptakan dunia industri, menghidupkan dunia industri, menikmati hidup dari dunia industri, ketergantungan kepada dunia industri, hingga terjebak ke dalam dunia industri ini.

Industri pun Masih Memiliki Bentuk Lain

Masih banyak industri lainnya yang menjebak kita untuk larut di dalamnya tanpa kita sadari, karena industri-industri ini adalah bagian dari kehidupan kita. Sangat erat, sangat dekat dan tidak terpisahkan. Kita harus mewaspadai kemungkinan timbulnya kesempatan-kesempatan baru di mana kita akan terjebak dalam penghamburan materi yang dimiliki, terjebak dalam dunia kerja dan alienasinya, terjerumus menjadi masyarakat tontonan[9] yang tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Hadirnya industri rumah tangga adalah wujud lain dari kapitalisme ala dunia industri, karena ini adalah permainan majikan dan buruh dalam skala kecil, permainan pihak yang mengeksploitasi dan yang dieksplotasi dalam skala kecil, di mana peranan modal dan pembagian keuntungan yang masih sama seperti halnya dunia industri, di mana ketergantungan terhadap benda-benda konsumsi masih tetap sama, di mana kesejahteraan hanya dimiliki oleh sebagian pihak, maka layak bila kita mengatakan ini adalah dunia industri dalam skala kecil dengan dampak yang sama. Sekali lagi kita terjebak dalam permainan lingkup permasalahan, industrialisasi sungguh menakjubkan.

Apa yang Akan Kita Lakukan?

Industri saat ini hanya memberi pilihan konsumsi bagi kita semua, bukan pengganti terhadap pilihan untuk bebas, karena kita akan tetap mengikuti arusnya, lalu apakah kita hanya akan berdiam diri dan larut dalam industrialisasi saat ini? Tidak kawan, masih banyak yang bisa kita kerjakan. Bukan sebagai pedoman apa yang harus kita lakukan berikutnya, bukan kawan, tetapi ini adalah alternatif pilihan.

Salut untuk Ted Kadzinsky dengan segala usahanya untuk memberi alternatif pilihan, kembali ke alam dan hidup sebagai manusia anti-peradaban adalah langkah yang sempurna, atau begitu bencinya dirimu terhadap industrialisasi, ikutilah panduannya dalam artikel Serang di Tempat yang Mematikan. Ya, seranglah sumber-sumber pembangkit listrik yang menjadi motor penggerak industri saat ini, bukan dengan menghancurkan gerai-gerai penjualan, atau lakukan dalam hidup harianmu dengan tidak mengkonsumsi di luar batas wajar apa yang kamu butuhkan, masih banyak alternatif pilihan untuk melepaskan diri dari jerat konsumerisme ala industri super duper modern ini.

Membuat sebuah akuisisi di tempat kerjamu dengan sebuah kerjasama komunal antar pekerja yang menolak sistem kapitalisme dalam industri, lakukan swakelola industri, di mana tidak ada tingkatan kesejahteraan, biarkan semua menikmati keuntungan dari produksi yang dilakukan industri, bukan sebuah cerita omong kosong. Pekerja di Argentina melakukannya kawan. Atau kamu hanya mampu menjawab, "sudahlah, larut saja dalam proses industrialisasindustri ini. Karena industri adalah sisi baik dan sisi buruk kehidupan, industri adalah manusia dan manusia adalah industri itu sendiri." Bagaimana kawan?


Catatan:

1. Ketahanan pangan adalah jaminan ketersediaan pangan sebuah teritorial untuk jangka waktu yang cukup panjang, hal ini kemudian menggiring munculnya tuan-tuan tanah dan tenaga pekerja yang menggarap lahan, yang menggiring lahirnya sebuah sistem monarki yang diperkokoh dengan hadirnya tentara pelindung. Sistem ini juga memulai adanya persaingan kekuasaan, wilayah teritorial hingga penguasaan, munculnya kelas kaya (pemilik modal/tuan tanah) dan kelas proletar (yang menggantungkan hidup dari sistem hutang yang diberlakukan tuan tanah).
2. Untuk pembangunan daerah-daerah baru seperti pesanan batu bara sebagai sumber tenaga pembangunan rel kereta api, di samping untuk memenuhi kebutuhan negara-negara Eropa sendiri pada era awal munculnya industri abad ke-19.
3. Outsorcing, adalah sistem kerja upahan dengan dalih “kontrak kerja”. Sehingga perusahaan induk hanya beranggapan bahwa tenaga kerja kontrak ini bukanlah tenaga kerja milik perusahaan melainkan sebuah kontrak kerjasama dengan agen-agen penyedia tenaga kerja. Dengan sistem ini banyak hak-hak pekerja yang dikebiri, mulai dari upah hingga tunjangan lainnya.
semua proses, rekanan penjamin keamanan hasil produksi untuk didistribusikan (aparat ataupun swasta), hingga jaringan pemasaran. Semua ini semakin menakjubkan dengan hadirnya kerjasama internasional, industri bukan lagi sebuah proses kerja sektoral atau regional, tetapi industri semakin menghilangkan batas menjadi sebuah korporasi multinasional yang tangguh dalam menjawab semua tantangan.
4. Peranan negara dan aparatnya yang memberi dukungan penuh untuk melancarkan proses produksi dan eksploitasi yang dilakukan industri milik perusahaan multinasional. Banyak kasus yang justru menyingkirkan penduduk asli yang merasa lingkungannya terusik dengan hadirnya industri besar di wilayahnya, sebut saja kasus Freeport di Papua, Newmont di Teluk Buyat dan masih banyak kasus serupa di seluruh belahan dunia. Bahkan dalam beberapa kasus masyarakat lokal dijadikan sebagai uji coba pasar untuk industri, seperti halnya di daerah Afrika di mana negara-negara miskin menandatangani kontrak sebagai daerah uji coba vaksin bagi penyakit, membiarkan manusia sebagai kelinci percobaan adalah sebuah kontrak kerja yang dilakukan negara miskin dengan perusahaan besar yang bergerak di industi kesehatan.
5. Penghamburan uang untuk sesuatu yang tidak dapat dinalar kegunaannya bila dibandingkan satu dekade sebelumnya, seperti tren yang melanda masyarakat modern, kegilaan masyarakat untuk memelihara hewan dan tanaman dengan harga yang sangat mahal yang tak lain hanya sebagai syarat untuk mengikuti tren.
6. Serangan iklan di media yang bertubi-tubi memaksa kita untuk mengingat akan benda yang ditawarkan ke dalam memori individu, hingga pada saat kita berbelanja, maka kontrol bawah sadar kita akan menggiring untuk membeli produk yang diiklankan di media tadi, di tengah pilihan konsumsi yang ditawarkan maka kita akan lebih mudah untuk memilih produk yang sudah tertanam di kepala kita melalui iklan. Sebuah proses iklan bekerja di dalam ingatan konsumen.
7. Perubahan kebudayaan manusia yang semula adalah kelompok berburu dan meramu menjadi masyarakat pertanian yang dikuasai oleh tuan-tuan tanah yang melahirkan adanya kekuasaan dan penguasaan.
8. Semua benda konsumsi yang digunakan untuk tubuh yang beredar di masyarakat dikategorikan dalam kelompok kosmetik dengan kode dari pihak berwenang yang mengawasinya, mis: pasta gigi yang kita gunakan akan memiliki kode dari POM CD (CD adalah kode untuk kosmetik produksi dalam negeri, sedangkan produk luar menggunakan kode CL) sedangkan untuk makanan digunakan kode MD dan ML, pastikan kita memahami dan mengetahui apa yang kita konsumsi, ini adalah hak bagi konsumen yang seharusnya diinformasikan oleh yayasan konsumen yang justru pasif.
9. Masyarakat tontonan dalam bahasa aslinya adalah spectacle, di mana salah satu dari banyak penjelasannya: kita terjebak dalam sebuah penghambaan, di mana kita bekerja sangat keras untuk memproduksi sesuatu, lalu kita juga berusaha keras untuk menebus hasil produksi tersebut menjadi sebuah konsumsi yang kita sendiri tidak menyadarinya, kita tidak memiliki kontrol atas semua yang berlaku di dunia yang kita hidupi saat ini. Karena kita sebenarnya bukanlah seorang pemain di dunia ini, tetapi kita hanya penonton yang seolah-olah menjadi pemain karena pencitraan-pencitraan yang dihasilkan oleh masyarakat tontonan itu sendiri.


Rujukan:

1. Alissa Quart, Branded, 2003.
2. Tim Apokalips, Jurnal Apokalips mulai dari edisi #4, Bedah kejahatan korporasi, Januari 2007.
3. Kontinum, Jurnal Kontinum #3, September 2008
4. Guy Debord, Society of Spectacle, 1967.
5. Susan George, Food for Beginners, 2007.
6. Ted Kadzinsky, Serang ditempat mematikan.
7. Mempersenjatai Imaji, Mari belajar bagaimana caranya menjual agama seperti menjual hamburger, Nopember 2003
8. Daniel Quinn, Ishmael.

+ bembibumfuckinbastard

Read More......

Minggu, 11 Januari 2009

API YUNANI: DARI KERUSUHAN MENUJU PEMBERONTAKAN SOSIAL SEBUAH ANALISA INSUREKSI DI YUNANI

Kebangkitan terkini di Yunani tampaknya hadir di bawah tanda api, sesuatu yang dipicu oleh pembunuhan seorang remaja oleh polisi di Athena beberapa saat lalu. Tetapi apa yang dimulai sebagai sebuah kemarahan yang terkonsentrasi pada polisi telah melebar ke dalam dimensi sebuah pemberontakan sosial, bergerak melampaui aksi-aksi sebuah "kekerasan kaum pinggiran" hingga melibatkan sejumlah besar anak-anak muda. Saat tak diragukan lagi memiliki karakteristik-karakteristik Yunani yang spesifik, gerakan ini telah menarik perhatian di mana-mana. Pemerintah Perancis juga telah mengekspresikan kecemasan akan kemungkinan adanya "penularan" pada anak-anak muda di negeri mereka. Mereka bahkan hingga memutuskan untuk membatalkan sebuah rencana untuk mereformasi pendidikan sekolah menengah Perancis, mengungkapkan ketakutan akan adanya sebuah kemungkinan hal tersebut menjadi alasan untuk melakukan event-event Yunani di Perancis. Terdapat protes-protes solidaritas di sejumlah negara, termasuk aksi-aksi para anarkis Turki yang memperlihatkan simpati mereka terhadap kawan-kawan mereka di Yunani.


Apabila reaksi terhadap pembunuhan yang dilakukan oleh polisi hanya terbatas menjadi pertikaian antara polisi dan sekeompok anarkis, bagaimanapun juga, even-even di Yunani secara literer akan berakhir hanya dalam beberapa hari. Apa yang menarik tentang situasi terkini lebih tepatnya adalah bagaimana hal tersebut berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar, menyebar dari pertempuran-pertempuran jalanan hingga pendudukan sekolah-sekolah menengah dan fakultas-fakultas universitas, serta memperlihatkan bahwa tidak hanya semangat bertempur tetapi juga inisiatif dan imajinasi, sebagaimana perebutan televisi dan stasiun radio yang berlangsung dramatis oleh para pemrotes yang lantas mengambil alih kontrol atas mikrofon dan kamera. Para pemirsa saluran televisi nasional Yunani, NET, pada 16 Desember melihat sebuah siaran pidato perdana menteri Yunani diinterupsi oleh sebuah tayangan yang memperlihatkan para pemrotes di jalanan membawa spanduk bertuliskan, "Berhenti menonton telesisi. Turun ke jalan." Sehari kemudian, para pemrotes memasang sebuah spanduk besar di Parthenon, mentransformasikan sebuah situs wisata menjadi sebuah forum yang menyerukan agar dilakukan aksi solidaritas Eropa pada 18 Desember. Pada 18 Desember sendiri, para demonstran-demonstran muda di Athena mengenakan barcode besar untuk menyimbolkan penolakan mereka untuk diperlakukan sebagai benda, sebagai komoditi. Sikap-sikap tersebut selain puitis, juga langsung ke pokok masalah, mengajukan kritik terhadap sistem saat ini.

Sebagai sebuah serangan balasan terhadap polisi yang melebar menjadi sebuah kerusuhan yang hadir di minggu pertama bentrokan, minoritas revolusioner yang berada di tengah pemberontakan–yang mana pemerintah Yunani dan media selalu berusaha isolasikan dan dilabeli sebagai 'kriminal'–menyadari bahwa pesan anti-negara dan anti-kapitalisme telah bergaung dalam sebuah generasi yang menghadapi berantakannya berbagai prospek ekonomi. Lebih jauh lagi, sebagaimana yang lain–mayoritas, walaupun bukan semuanya, pelajar–mulai melibatkan diri, pemberontakan tidak lagi menjadi 'milik' para anarkis, walaupun memang selama ini para anarkis tersebut tidak pernah mengklaim kepemilikan atas pemberontakan tersebut. Bahasa-bahasa yang dalam beberapa minggu sebelumnya dianggap ekstrim kini mulai memasuki diskursus publik di mana banyak suara yang dapat mengekspresikan diri mereka sendiri. Di tengah kerusuhan, dialektika, argumentasi dalam bahasa Yunani kembali dipraktekkan di jalan-jalan dan gedung-gedung yang diduduki. Kebangkitan ini juga bukan lagi sekedar urusan orang-orang Yunani, sejumlah besar imigran-imigran muda–yang memiliki sejarah panjang yang memilukan atas perilaku-perilaku polisi–bergabung. Terdapat juga sejumlah indikasi bahwa para pekerja bergabung dalam pemberontakan. Indikasi ini dibuktikan saat pada 17 Desember, sekelompok "insurgen pekerja" menduduki markas besar federasi serikat pekerja Yunani. Para pekerja tersebut memproklamirkan sebuah deklarasi yang di antara beberapa hal lain, menyatakan tujuan dari perebutan gedung tersebut oleh mereka:


Untuk membuka ruang ini untuk pertama kalinya–sebagai sebuah kelanjutan dari pembukaan sosial yang diciptakan oleh insureksi ini sendiri–sebuah ruang yang telah dibangun atas kontribusi kami, sebuah ruang di mana justru kami tak pernah dipedulikan. [...] Kami telah merebut suara kami, untuk bertemu, berbicara, memutuskan dan bertindak. Melawan serangan umum yang kita semua terima. Penciptaan perlawanan-perlawanan kolektif akar rumput menjadi satu-satunya cara." (Komunike Dewan Umum Insurgensi Pekerja, Athena, 17 Desember 2008)


Mereka yang merespon pemberontakan adalah kekuatan negara Yunani, dilakukan di beberapa tempat dengan preman-preman di bawah organisasi Golden Dawn. Selain itu, yang juga mengambil peran dalam kontra-insurgensi adalah partai-partai politik, termasuk kaum Kiri di KKE (Partai Komunis Yunani), yang justru menyatakan bahwa mereka yang melawan polisi di jalanan dengan kekerasan adalah kriminal. Sementara partai Kiri Baru, Syriza (Koalisi Kiri dan Progresif) mengambil posisinya sendiri–yang mendukung gerakan protes secara kritis–tetapi semuanya hanya berakhir untuk dapat mengkooptasi para insurgen agar selanjutnya menjadi pendukung mereka dalam pemilu.


Apabila gerakan pendudukan di Yunani menjadi semakin meluas, maka pemberontakan tersebut dapat menjadi kebangkitan yang paling signifikan di Eropa di awal abad ini, bahkan akan mampu melebihi gelombang protes yang melanda Perancis dalam dekade ini. Apa yang juga membuat kebangkitan Yunani ini secara khusus menarik adalah karakternya yang cair dan fleksibel. Sebagiannya adalah insureksi, sebagiannya demonstrasi, sebagiannya pendudukan, tapi juga tanpa dapat dikotak-kotakkan dalam kategori tunggal. Bagaimanapun juga, kebangkitan ini akan berkembang lebih jauh hanya apabila ia mampu memperlebar dan memperdalam "pembukaan sosial" yang dikutip dari komunike para insurgen pekerja tadi, sehingga dapat menjadi sebuah fenomena sosial secara luas dan tak lagi hanya menjadi urusan anak-anak muda radikal saja. Memang terdapat indikasi-indikasi yang menguatkan kemungkinan tersebut, tetapi hal tersebut juga hanya dapat terjadi apabila pemberontakan tersebut dapat bergerak melampaui negasi dan afirmasi, melampaui penolakan dan penghancuran hingga ke dalam visi pembangunan dunia baru. Apabila hal ini tidak terjadi, maka kebangkitan tersebut akan menyurut ke dalam sesuatu yang telah terprediksikan selama ini, walaupun memang tetap menarik, yaitu sekedar teater jalanan radikal. Salah satu slogan terkenal di tengah insureksi, yang disemprotkan dengan cat di dinding-dinding dalam bahasa Inggris, adalah "No Control" (Tanpa kontrol). Di sini, terdengar sebuah gaung dari pemberontakan anak muda Inggris setelah peristiwa Mei 1968 Perancis melalui punk, "No Future" (Tanpa masa depan); tapi juga sebuah alur yang mengarah pada kelompok anarkis paling radikal di era perang sipil Spanyol yang dengan bangga menyebut diri mereka los incontrolados (Yang tak dapat dikontrol). Dan mana yang lebih dominan memang krusial: apakah Yunani akan mengarah pada revolusi sosial seperti di era perang sipil Spanyol ataukah hanya berakhir pada nihilisme konsumtif seperti punk.


Dengan menyerang negara sekaligus kapital, para insurgen Yunani telah memperlihatkan bahwa dua hal tersebut tak dapat dipisahkan seperti dua sisi dari sebuah keping mata uang. Para insurgen tidak berusaha mencari pemerintah yang berbeda, melainkan bentuk masyarakat yang berbeda. Pemberontakan mereka juga merupakan pengingat bahwa transformasi radikal dunia tidak selalu berjalan sesuai dengan determinisme sejarah. Siapa yang pernah menyangka bahwa sebuah pembunuhan oleh polisi dapat meletupkan sebuah gelombang insureksi?


Dalam era Byzantin, Api Yunani adalah sebuah istilah untuk menyebut sebuah senjata pemusnah hebat yang terdiri dari elemen-elemen berbeda yang dikomposisikan secara tepat. Insureksi di Yunani akhir tahun 2008, merepresentasikan sebuah penggabungan api-api yang ada, di mana bahan bakarnya diambil dari berbagai kondisi sosial yang eksis di mana-mana. Panasnya api telah berhasil melubangi tabir-tabir yang menutupi kondisi sosial yang makin hari semakin memburuk. Di tengah kondisi yang semakin tanpa harapan dan frustratif, insureksi telah menawarkan pilihan lain: membawa penerangan pada dunia.


Imitasi adalah bentuk paling jujur dari sebuah penghargaan, tetapi pada akhirnya hal tersebut tetap sekedar imitasi. Berusaha secara buta mereplikasi skenario Yunani di tempat lain jelas akan dikutuk menemui kegagalan, seperti apa yang terjadi di Amerika Serikat, di mana kondisi-kondisi sosialnya berbeda. Awal tahun ini di Oakland, Amerika Serikat, kerusuhan serupa juga berusaha diletupkan oleh anak-anak muda atas penembakan oleh polisi, tapi apa yang tidak diperhatikan adalah bahwa aturan polisi di Oakland berbeda dengan aturan polisi di Yunani. Di Oakland, polisi kini diperbolehkan menembak apabila molotov dilemparkan (di Yunani sekedar lemparan molotov tidak diperbolehkan untuk menjadi alasan bagi polisi untuk mulai menembak); lalu di Yunani universitas secara hukum tetap menjadi sebuah area di mana polisi tidak diperkenankan masuk sementara di Oakland, tak ada area yang dilarang secara hukum untuk dimasuki polisi apalagi setelah ada alasan pemadaman pemberontakan.


Dalam upaya mengakumulasi semangat insureksi Yunani dibutuhkan sedikit, walaupun juga tetap cukup besar: bukan sekedar keinginan dan harapan, kemarahan, melainkan juga kreativitas dan intelegensi.

Catatan sejarah insureksi Yunani ini hingga kini masih belum ditutup, sehingga tulisan ini adalah sebuah teks yang jelas belum selesai. Sesuatu yang diharapkan akan terus berlanjut, hingga api yang dibawanya dapat menjadi pilar awal yang menerangi dunia.



Catatan:
Berikut ini sedikit link yang bisa digunakan untuk memahami lebih jauh soal insureksi di Yunani, silahkan tambahkan link lain apabila dirasa kurang lengkap.


Sejarah anarkisme di Yunani yang tidak lengkap, untuk cukup membantu untuk melihat dan lebih memahami bagaimana Yunani dapat menjadi seperti sekarang: http://en.wikipedia.org/wiki/Anarchism_in_Greece

Update soal insureksi Yunani:
http://www.occupiedlondon.org/blog/
http://greeceriots.blogspot.com/
http://openanthropology.wordpress.com/2008/12/20/stay-in-touch-with-the-greek-riots-and-international-solidarity-actions/

Zine kecil berisi reportase dari tengah-tengah insurgensi di Yunani:
http://zinelibrary.info/files/howtoorganizeaninsurrection.pdf

Read More......

Rabu, 07 Januari 2009

DI BALIK KEPINGAN-KEPINGAN

Sebuah tanggapan terhadap “Masyarakat Industri dan Masa Depannya”
John Moore


Para komentator umumnya mengambil dua sikap yang berlawanan pada Unabomber’, bahkan dalam lingkungan anarkis sendiri. Pada satu sisi, terdapat penolakan halus terhadap kekerasan seperti yang telah diduga. Pada sisi lain, terdapat romantisasi pada pengebom tersebut sebagai pahlawan pelanggar hukum. Kedua respon tersebut terjebak dalam kesalahan. Sikap pertama dapat langsung ditolak hanya sebagai gejala lain dari kaum borjuis yang menganggap dirinya revolusioner, lebih menyedihkan lagi ditambah dengan pujian mereka terhadap aktivitas kekerasan di waktu dan tempat yang berbeda. Sikap kedua lebih bermasalah karena Unabomber memang mengangkat isu penting dari zaman kita: kebutuhan yang mendesak akan serangan seketika pada sistem industri. Daripada menilai tindakan-tindakan Unabomber (yang bisa dilakukan orang lain dengan lebih baik), esai ini lebih fokus pada sesuatu yang lebih nyata: manifesto Unabomber, “Masyarakat Industri dan Masa Depannya”. Jika diskusi berikut tetap kritis pada FC (Freedom Club), hal ini seharusnya bukan pada cercaan apa pun terhadap pengeboman, tetapi pada sebuah pertanyaan terhadap motivasi ideologinya. Emma Goldman menolak untuk mengutuk Leon Czolgosz ketika Leon membunuh presiden Mckinlay, meskipun Emma mencurigai motivasinya dan tidak setuju dengan tindakannya, dan ini merupakan contoh seorang anarkis yang mengagumkan—bahkan sekarang, ketika saya menawarkan dukungan kekritisan pada tindakan FC. Namun FC, tidak seperti Czolgosz, bertindak berdasarkan seperangkat prinsip, dan hal ini menuntut penelitian yang cermat. Esai ini mempertanyakan komitmen FC pada radikalisme anti-otoritarian dan karenanya bermaksud untuk memberikan jeda bagi mereka yang tidak bersikap kritis pada Unabomber.

Pendahuluan: Budaya Bom

Baudrillard menyatakan bahwa ledakan bom teroris menyebabkan sebuah ledakan makna ke dalam, sebuah lubang yang menganga lebar dalam struktur sosial yang sering ditutupi oleh peguasa untuk mengembalikan tirani makna. Jika hal ini benar, maka “Masyarakat Industri dan Masa Depannya” tanpa sadar berada pada pihak penguasa. Saat membaca teks FC saya kecewa, bukannya merasakan jijik, ketakutan atau kekejaman. FC gagal mengekspresikan sebuah kritik yang menyeluruh dan mengajukan sebuah alternatif radikal dalam kesempatannya pada panggung nasional atau bahkan internasional. Seperti yang diindikasikan para komentator lain, tindakan FC bukannya tidak etis: tindakan-tindakan tersebut memalukan, namun tidak mencukupi. Yang lebih parah adalah kata-kata yang digunakan FC tidak layak. Sebagai kritik, sebagai pandangan, FC lebih menawarkan ideologi yang suram. Ketika kata-kata pemberontakan dibutuhkan, FC malah menggunakan kata-kata remeh dari ide usang budaya pop. Diam mungkin lebih baik. Pada kasus ini, tindakan mungkin bisa bersuara lebih keras dari kata-kata. Tindakan-tindakan tersebut mungkin tidak cukup, namun mereka tidak membutuhkan apologi dari “Masyarakat Industri dan Masa Depannya”.

Terserak di antara tumpukan sampah, penguji yang cermat dapat menemukan permata dalam teks FC, meskipun permata tersebut harus diuraikan dengan hati-hati dari puing-puing konsep ideal, reruntuhan dari sistem kesengsaraan yang diformalkan ini. Esai “Whose Unabomber?” dan “Letter Bombs and Fixed Ideas” mampu melakukannya, dan saya tidak bermaksud untuk mengulangi pekerjaan mereka. Malahan, berfokus pada tesis 180-206 dari “Masyarakat Industri dan Masa Depannya” yang berkonsentrasi pada isu strategi, saya berencana untuk melanjutkan diskusi menuju di balik kepingan-kepingan ledakan FC.

Ideologi dan Strategi

Seperti kritik kaum kiri pada tesis pembuka manifesto, FC hanya menawarkan ideologi. Merangkum sikap mereka terhadap perubahan sosial, mereka menyatakan (tesis 166):

Oleh karena itu terdapat dua hal menghadapi mereka yang membenci perbudakan di mana sistem industri mereduksi umat manusia. Pertama, kita harus bekerja untuk menambah tekanan sosial dalam sistem untuk meningkatkan kemungkinan menghancurkan atau cukup melemahkan sehingga dapat terjadi revolusi terhadap sistem tersebut. Kedua, perlu untuk membangun dan menyebarkan sebuah ideologi yang melawan teknologi dan masyarakat industri jika dan ketika sistem tersebut telah menjadi cukup lemah.

Gagasan mengenai tekanan sosial bertentangan, tetapi dalam konteks tindakan-tindakan FC hal itu barangkali berkenaan pada bom yang karenanya menjadi terkenal. Permasalahan dengan gagasan semacam itu adalah bahwa kapital, dalam suatu kondisi kritis yang terus-menerus, menjaga kelangsungan tekanan sosial, dan kekuasaan menggunakan tekanan itu sebagai cara untuk menguatkan kontrol mereka – khususnya pada era ini, di mana sosial-ekonomi merestrukturisasi pelayan harian dalam suatu bentuk baru dari totalitarianisme demokrasi menejerial. Meningkatkan tekanan sosial, tanpa alternatif radikal apa pun, berarti bermain ke dalam kompleks kontrol. Tetapi FC hanya menawarkan alternatif yang serupa – hanya merek lain dari ideologi (Tesis 183):

Namun sebuah ideologi, untuk memperoleh dukungan yang antusias, harus memiliki sebuah cita-cita positif sama halnya dengan yang negatif; haruslah UNTUK sesuatu seperti MELAWAN sesuatu. Cita-cita positif yang kami ajukan adalah alam. Yaitu, alam liar; aspek-aspek fungsi dari bumi dan mahluk hidup yang independen dari pengaturan manusia dan bebas dari kontrol dan campur tangan manusia. Dan manusia termasuk dalam alam liar, maksudnya yaitu aspek-aspek fungsi dari individu manusia yang bukan merupakan bagian dari peraturan oleh masyarakat yang terorganisir namun merupakan hasil dari kesempatan, atau kehendak bebas atau Tuhan (tergantung pada pendapat religius atau filosofi anda).

Alam—dan khususnya alam liar—tentu merupakan sebuah konstruksi ideologi dan seseorang tidak dapat melarikan diri dari cengkeraman ideologi dengan meniru ‘alam’—sebuah konsep yang relatif baru dalam pemikiran manusia—dan melawan budaya. Di sini, FC hanya mengulangi kesalahan dari para ahli ekologi dalam dan kesalahan filsafat Rousseau sebelumnya. Selain itu, pada tahap lanjut dalam lintasan peradaban ini, agak terlambat untuk mengambil karakteristik alamiah manusia. Hal tersebut telah hilang karena berkompromi dengan restrukturisasi peradaban pada manusia, dan kita tidak lagi dapat menentukan mana yang mungkin merupakan perilaku alami manusia. Manusia sekarang hanya dapat memilih untuk menjadi liar: kondisi tersebut tidak lagi bersifat spontan. Harimau (sebagai contoh) tidak perlu berpikir tentang bertindak ‘secara alami’, dia melakukannya begitu saja. Bagi manusia, menjadi liar berarti secara sadar memilih untuk meniru perilaku dari salah satu spesies hewan yang dijadikan simbol liar dalam sistem ideologi yang dominan. Tindakan seperti itu bukanlah lari dari peradaban, namun keterikatan lebih jauh dalam kategori-kategorinya. Alam (atau belantara) lebih merupakan metafor untuk beberapa kualitas yang dianggap berharga—dan beginilah FC menggunakannya. Namun ini merupakan sebuah metafor yang dicurigai, tepatnya karena ini adalah sebuah produk dari kategori ideologi peradaban, bukan lawannya.

Semuanya menjadi lebih jelas ketika FC mulai menggambarkan target dari ideologi tersebut (tesis 187, 188):

Pada level yang lebih canggih ideologi harus menempatkan dirinya pada orang-orang yang pandai, bijaksana dan rasional. Objeknya harus membuat sekelompok orang yang akan menentang sistem industri dengan sebuah dasar yang rasional, penuh pertimbangan, dengan apresiasi pada persoalan-persoalan dan ambiguitas yang ada, dan pada harga yang harus dibayar untuk menyingkirkan sistem itu. Khususnya penting untuk menarik tipikal orang seperti ini, karena mereka memiliki kemampuan dan akan dapat mempengaruhi yang lain…. Pada level kedua, ideologi harus disebarkan dalam sebuah bentuk yang sederhana yang memungkinkan bagi mayoritas yang tidak berpikir untuk melihat konflik antara teknologi melawan alam dalam terminologi yang tidak rancu.

FC menerima pembagian hierarki peradaban, dibanding menolaknya. Dan bersembunyi di balik pembedaan antara yang berpikir dan yang tidak atau canggih dan tidak canggih individu adalah sebuah agenda kelas yang jelas tersembunyi. FC lebih mirip dengan kaum kiri lebih dari yang mereka akui—karenanya mungkin kejahatan dari serangan mereka pada kaum kiri pada bagian paling awal dari manifesto. Seperti kaum kiri, FC tidak hanya mengartikulasikan sebuah ideologi politik, dan dengan demikian telah berbicara dalam terminologi mengontrol struktur dan pemerintahan; mereka juga mengajukan sebuah ideologi borjuis untuk kelanjutan penaklukkan dari ‘mayoritas masyarakat yang tidak berpikir’. Asketisme tersebut, monomania dan otoritarianisme barisan depan yang politis tidak terlalu berbeda, dan memang tidak (tesis 200, 201, 206):

Hingga sistem industri sepenuhnya dihancurkan, penghancuran sistem tersebut harus menjadi satu-satunya tujuan kaum revolusioner. Tujuan lain akan mengalihkan perhatian dari tujuan utama…. Sebagai contoh kaum revolusioner mengambil keadilan sosial sebagai tujuan. Manusia menjadi sebagaimana adanya, keadilan sosial tidak akan spontan; ini menjadi sesuatu yang dipaksakan. Untuk memaksakannya kaum revolusioner harus menguasai organisasi pusat dan kontrol… Bukannya kami menentang keadilan sosial, namun harus dilarang untuk campur tangan dengan usaha untuk menyingkirkan sistem teknologi… dengan hormat pada strategi kaum revolusioner, satu-satunya poin yang kami tuntut adalah tujuan utamanya haruslah penyingkiran teknologi modern, dan tidak ada tujuan lain yang diperkenankan untuk menyainginya.

Retorika yang nyaring dan bahasa yang imperatif (‘harus menjadi satu-satunya tujuan kaum revolusioner’, ‘tidak diperkenankan’, ‘kami tuntut’) mengindikasikan kehadiran seorang politisi otoriter. Campuran antara arogansi dan miopi hanyalah merupakan hasil dari totalitarienisme dalam sebuah dunia realisasi-diri dan kesenangan-diri. Keadilan sosial—sebagai contoh, perlakuan yang pantas dalam dominansi sistem sekarang—tetap merupakan sebuah tujuan yang terbatas. Namun meskipun keadilan sosial menyumbangkan sedikit untuk penghancuran sistem industri: bahkan impuls minimal bagi pembebasan manusia tidak boleh diijinkan untuk ‘campur tangan’ atau ‘berkompetisi’ dengan satu-satunya tujuan dari menyingkirkan teknologi modern. Dan itu adalah sisi negatif FC bahwa terlepas dari tuntutan awal mereka tentang spontanitas dan alam liar sebagai ideologi tandingan, sekarang mereka mengungkapkan sinisme mereka, mengatakan bahwa manusia merupakan kategori yang pasti (‘manusia sebagaimana adanya’) sebagai pembenaran bagi sebuah kebutuhan untuk organisasi pusat dan kontrol pos-revolusi yang tak terelakkan. Sama seperti perkataan kaum kiri pada perempuan bahwa setelah revolusi isu-isu perempuan akan diperhatikan, maka setelah revolusi anti-industri, isu keadilan sosial mungkin (bukannya akan) diperbaiki—tidak diragukan lagi oleh komite pusat yang sama!

Genderang dan Tombak

Mengesampingkan elemen-elemen “Masyarakat dan Masa Depannya” yang absurd dan seringkali reaksioner (tesis 204),

Kaum revolusioner harus memiliki anak sebanyak yang mereka mampu. Terdapat bukti saintifik yang kuat bahwa perilaku sosial sampai tingkat yang signifikan diturunkan.

Ini adalah esensi dari strategi FC untuk perubahan. Fakta bahwa pertimbangan strategi-strategi ini berdasarkan sebuah kerangka otoritarian, diskursus politik (strategi revolusi) menunjukkannya sendiri. Diskursus politik ini memperlihatkan, paling tidak dalam manifesto, bahwa FC tidak memiliki sesuatu yang baru, tidak ada alternatif radikal yang ditawarkan. Meskipun strategi-strategi tersebut mengajukan kebutuhan untuk menghancurkan sistem industri dengan tepat, mereka gagal untuk meletakkan tujuan ini sebagai bagian dari proyek regenerasi manusia yang lebih luas melalui negasi dari totalitas. Dan tanpa kontekstualisasi semacam itu, gagasan-gagasan mereka dikuatkan kembali oleh politik otoritarian. Penekanan ideologi mereka, dan karenanya kebobrokan ideologi, lebih merefleksikan kebobrokan dari formulasi sosial di mana ideologi mereka adalah sebuah produk.

Secara kasar, paling baik FC telah memutarbalikkan persoalan. Regenerasi manusia hanya dapat muncul dari regenerasi budaya. (dengan ‘budaya’ maksud saya bukan sistem mediasi yang dikomodifikasi yang belakangan dipahami, namun tindakan yang dipilih secara bebas dan interaksi yang dicirikan oleh kreativitas yang spontan). Usaha untuk mendorong regenerasi manusia tanpa regenerasi budaya dapat dengan sangat mudah berakhir pada totalitarianisme. Regenerasi manusia dan budaya saling bergantung secara dialektis, namun regenerasi budaya menyediakan semua konteks sehingga regenerasi manusia dapat berhasil.

Fredy Perlman, dalam perlawanan pribumi terhadap peradaban, mengatakan (“Againts His-story, Againts Leviathan!”, 258):

Perlawanan utamanya bukan pertarungan bersenjata… perlawanan terletak pada drum, bukan pada tombak; perlawanan terletak pada musik, dalam ritme yang dihidupi komunitas di mana mitos dan jalan hidup terus berlangsung untuk memelihara dan mendukung mereka.

Bagian ini menimbulkan pertanyaan terhadap relasi antara drum dan tombak, budaya dan perjuangan bersenjata, namun kita tidak berada pada posisi kaum pribumi: peradaban telah mencabut kami dari hal-hal yang dilihat Perlman sebagai inti dari perlawanan. Kami tidak memiliki komunitas bebas individu, mitos dan jalan pendukung kehidupan, tidak memiliki komunitas yang nyata. Jadi kita tidak dapat melawan dengan cara yang sama. Kami tidak memiliki drum, dan lalu FC menyarankan kami untuk menggunakan tombak saja. Perlman mengindikasikan bahwa hal ini hanya menuntun pada lebih banyak mesin perang, lebih banyak sistem kontrol. Maka pilihan apa yang tersisa?

Jelaslah, bagi kita, harus ada relasi yang lebih dekat dan jelas antara drum dan tombak, bahkan jika yang tombak subordinat dibanding dengan drum. Namun untuk membuat tombak subordinat adalah kegilaan. Tombak harus berada pada posisinya—tetapi posisi mereka tetap mengakar pada drum. Dan jika drum tidak lagi berbunyi, maka kita harus memukulnya. Dan jika kita tidak memiliki drum, kita harus membuatnya. Dan jika kita telah lupa bagaimana memainkan drum, maka kita harus mengutamakan keterputusan kita dan membuatnya sekali lagi.

Kaum anarkis dapat menunjukkan solidaritas mereka paling baik pada mereka jika campur tangan yang signifikan secara sejarah oleh ‘Unabomber’ dengan membuat ulang formula pemberontakkan anti-industri FC dalam istilah anti-otoritarian yang radikal—sebagai contoh, dengan memajukan proyek insureksi melalui aksi langsung dan melahirkan kembali tujuan proyek pada menghapuskan kekuasaan secara total.

Diterbitkan pada Green Anarchist #51, Musim Semi 1998
Diterjemahkan oleh: Kecoa Intip


John Moore (1957 – 27 Oktober 2002) adalah seorang penulis anarkis Inggris, guru, dan organiser. Dia meninggal setelah mengalami kolaps pada saat berada di jalan menuju tempat kerjanya sebagai dosen penulisan kreatif pada University of Luton (sekarang bernama University of Bedfordshire). Dia merupakan anggota dari Kelompok Riset Anarkis (Anarkis Research Group) di London pada tahun 1980an, dia juga merupakan salah satu teoritisi utama dari anarkisme pro-Situ pada tahun 1990an (terutama berasosiasi dengan Hakim Bey), dan secara khusus begitu antusias terhadap anarko-primitis; karya terbaiknya yang paling terkenal adalah essai “Pemikiran Utama Seorang Primitivis” (“A Primitivist Primer”). Meskipun sangat terpengaruh oleh Fredy Perlman, terakhir Moore mulai mengkritik primitivisme dan berpaling kepada para teoritisi bahasa dan subyektifitas, seperti Julia Kristeva, Friedrich Nietzsche dan Max Stirner.

Selama seumur hidupnya dia mempublikasikan beberapa buku-buku pendek: “Anarki dan Ecstasy” (“Anarchy and Ecstasy”), “Lovebite”, dan “The Book of Levelling”. Sebuah antologinya yang dikerjakan sebelum dia meninggal, “Aku Bukan Manusia, Aku Adalah Dinamit! Friedrich Nietzsche dan Tradisi Anarkis “(“I Am Not A Man, I Am Dynamite! Friedrich Nietzsche and the Anarchist Tradition”) telah dilengkapi oleh Spencer Sunshine dan dipublikasikan oleh Autonomedia pada 2004. (sumber: wikipedia)

Read More......

BAGAIMANA MENGORGANISIR INSUREKSI

KAMI ADALAH BAYANGAN DARI MASA DEPAN

“Jika sesuatu membuat kita takut, maka itu berarti kembali pada normalitas. Karena di setiap jalan-jalan yang telah dirusak dan dihancurkan dari kota kita yang terbakar kita tidak hanya melihat hasil yang lumrah dari kemarahan kita, tapi kemungkinan untuk memulai hidup. Kita tak lagi punya sesuatu yang harus dilakukan selain membuat diri kita berada di dalam kemungkinan ini dan merubahnya menjadi suatu pengalaman yang hidup: dengan berpijak pada keseharian hidup, kreativitas kita, kekuatan kita untuk mematerialisasi keinginan kita, kekuatan kita untuk tidak berpikir tapi untuk mengkonstruksikan yang nyata. Inilah ruang vital kita. Sisanya adalah kematian.“


- Pernyataan dari pendudukan Sekolah Ekonomi dan Bisnis Athena



BAGAIMANA MENGORGANISIR INSUREKSI


Bagaimana aksi dikoordinasikan di dalam kota? Antar kota?

Ada ratusan kelompok affiniti yang kecil dan sangat dekat—kelompok-kelompok yang berdasarkan persahabatan yang telah berlangsung lama yang disertai dengan kepercayaan 100 persen—dan kelompok-kelompok yang lebih besar, seperti orang-orang yang berasal dari tiga squat besar di Athena dan tiga dari Thessaloniki. Ada lebih dari 50 social centre (pusat sosial), dan ruang-ruang anarkis di universitas-universitas; juga, Antiauthoritarian Movement (Pergerakan Antiotoritarian) mempunyai grup di setiap kota besar, dan ada jejaring affiniti blok hitam yang aktif di setiap kota di Yunani, yang berdasarkan relasi personal dan berkomunikasi via surat dan telepon. Bagi mereka semua, Indymedia sangatlah penting sebagai titik strategis untuk mengumpulkan dan berbagi informasi yang berharga—di tempat terjadi konflik, di tempat polisi berada, di mana para polisi rahasia sedang melakukan penangkapan, apa yang sedang terjadi di mana saja tiap menit; juga berguna di level politis, untuk mempublikasikan pengumuman dan ajakan untuk melakukan demonstrasi dan aksi.


Tentu, kita tidak dapat melupakan bahwa di dalam prakteknya, koordinasi banyak dilakukan melalui kontak antar teman via telepon genggam; itu juga yang banyak dipakai oleh pelajar untuk mengkoordinasikan inisiatif, demonstrasi, dan aksi langsung.


Struktur-struktur macam saja apa yang tampak?


a) Setiap jenis kelompok kecil yang berupa relasi pertemanan membuat keputusan-keputusan spontan di jalan-jalan, merencanakan aksi dan melakukannya sendiri dalam atmosfir yang rusuh dan tidak terkontrol; ribuan aksi terjadi di waktu yang bersamaan di mana saja di seluruh negeri.


b) Setiap sore ada Dewan Umum di setiap sekolah-sekolah yang diduduki, gedung-gedung yang diduduki, dan universitas yang diduduki.


c) Indymedia digunakan untuk mengkoordinasikan aksi dan melakukan pemberitahuan.


d) Partai-partai komunis juga mengorganisir konfederasi pelajar mereka.


e) Dan juga federasi yang memili pengaruh diorganisir oleh teman-teman Alexis yang mengorganisir pelajar untuk melakukan demonstrasi dan aksi, pendudukan sekolah-sekolah, dan melakukan pemberitahuan dari perjuangan pelajar.


Apakah ada struktur-struktur yang sudah ada yang dipakai oleh orang-orang untuk mengorganisir?


Bagi para pelajar baru yang pertama kali berada di jalanan, dan juga para imigran yang berpartisipasi, telepon sangatlah cukup; hal ini menghasilkan elemen yang rusuh dan tak terduga dari situasi-situasi. Di sisi lain, bagi kaum anarkis dan antiotoritarian, Dewan Umum (General Assembly) merupakan alat pengorganisiran yang telah digunakan selama 30 tahun di dalam setiap gerakan. Setiap kelompok affiniti, squat, pusat sosial, universitas yang diduduki, dan organisasi lainnya mempunyai Dewan Umum mereka sendiri. Partisipan-partisipan lainnya termasuk organisasi Kiri dan ruang-ruang politis anarkis di universitas. Selama terjadinya pertempuran, banyak blog baru muncul, dan jejaring koordinasi antar pelajar SMU.


Orang-orang dari latarbelakang apa saja yang berpartisipasi di dalam aksi?


Mayoritasnya adalah anarkis, setengahnya orang-orang tua, beberapa dari mereka beresiko dipenjara akibat aksi-aksi mereka terdahulu. Disamping mereka terdapat ribuan anak sekolah yang berumur dari 16 sampai 18 tahun. Bersebelahan dengan mereka adalah kelompok imigran, ribuan mahasiswa, banyak dari anak-anak kaum gipsi melakukan balas dendam atas represi sosial dan rasisme terhadap mereka, juga kaum revolusioner tua yang berasal dari perjuangan-perjuangan sebelumnya.


Bentuk-bentuk berbeda macam apa yang dilakukan selama aksi?


a) Menghantam kaca, menjarah, dan membakar merupakan aksi utama yang banyak digunakan oleh orang-orang. Mereka sering menyerang distrik pusat perbelanjaan mewah, membuka toko-toko mewah, mengambil segala sesuatu dari dalamnya, dan membakarnya guna melakukan tindakan kontra terhadap lemparan gas air mata. Banyak yang membalikkan mobil untuk dijadikan barikade, menjaga agar polisi berada di jarak yang cukup jauh hingga kemudian menciptakan area-area yang terbebaskan. Polisi menggunakan lebih dari 4600 gas air mata—hampir sebanyak 4 ton—namun orang-orang membuat banyak aksi membakar, cukup untuk menjaga area-area agar dapat bernafas di tengah negara yang sedang melancarkan peperangan kimia terhadap masyarakat.

Ketika ribuan orang sadar kalau asap hitam dapat menetralkan asap putih dari gas air mata, mereka menggunakan taktik membakar apa saja sebagai perlindungan atas gas air mata. Taktik lainnya termasuk membongkar batu bata dari jalanan dengan palu, untuk menghasilkan ribuan batu bagi masyarakat sebagai bahan untuk dilempar; dan tentunya, inisiatif personal untuk menghasilkan dan melempar bom molotov. Taktik terakhir ini biasanya digunakan untuk memaksa agar polisi anti huru-hara takut dan menghargai para demonstran, dan juga sebagai cara untuk mengkontrol ruang dan waktu untuk menyerang dan melarikan diri.

b) Menyerang dengan menggunakan tongkat, batu dan molotov dilancarkan terhadap banyak bank, kantor polisi, dan mobil-mobil polisi di seantero negeri. Di kota-kota yang lebih kecil, bank-bank dan polisi merupakan target utama, sebagaimana masyarakat yang tidak terlalu besar dan hubungan langsung melarang untuk menyerang toko-toko, dengan pengecualian beberapa franchisenya perusahaan multinasional.


c) Ratusan pendudukan simbolis dilakukan di berbagai bangunan publik, kantor-kantor pemerintahan, kantor layanan publik, teater-teater, stasiun TV, radio, dan bangunan-bangunan lainnya yang dilakukan oleh 50-70 orang. Juga terjadi banyak aksi sabotase simbolis dan blokade jalanan, jalan tol, kantor-kantor, stasiun metro, dan seterusnya, biasanya ditemani oleh distribusi ribuan pamplet untuk masyarakat di sekitar area tersebut.


d) Setiap harinya ada protes-protes diam, art-happening, dan aksi-aksi nonkekerasan di depan parlemen dan setiap kota. Banyak dari aksi ini diserang secara brutal oleh polisi, yang menggunakan gas air mata dan menangkap orang-orang.


e) Kaum Kiri mengorganisir konser di ruang-ruang publik dengan partisipasi band-band bawah tanah juga beberapa bintang pop yang memiliki kesadaran politis. Yang terbesar di Athena melibatkan lebih dari 40 artis dan mengundang penonton sebanyak 10.000 orang.


f) Demonstrasi pelajar yang terkontrol diorganisir oleh Partai Komunis. Banyak dari demonstrasi ini tidak terlalu menarik partisipasi dibanding dengan demonstrasi-demonstrasi pelajar yang rusuh dan spontan.


Berapa banyak partisipan di dalam aksi ini yang terlibat dalam aksi-aksi serupa sebelumnya? Seberapa banyak menurutmu aksi ini merupakan yang pertama bagi mereka?


Ribuan orang yang terlibat merupakan anarkis-insureksionis, antiotoritarian, dan otonomis libertarian; setengah dari mereka merupakan kaum anarkis yang lebih tua yang hanya turun ke jalan bila terjadi perjuangan yang penting; sebagaimana banyak dari mereka sudah pernah dikenai hukuman. Juga ada ribuan anak muda yang teradikalisasi selang tiga tahun terakhir dalam perjuangan-perjuangan sosial seperti tuntutan untuk Jaminan Sosial dan perjuangan menentang privatisasi pendidikan, dan juga demonstrasi spontan besar-besaran ketika terjadi pembakaran dari hampir 25 persen area alami di Yunani selama musim panas 2007. Kami memperkirakan ada sekitar 30 persen orang yang baru pertama kali melakukan kerusuhan.


Taktik macam apa yang digunakan ketika aksi sebelumnya di Yunani? Apakah taktik semacam ini berjalan sehaluan dengan pemberontakan ini? Jika benar, bagaimana itu bisa terjadi?

Banyak taktik yang digunakan dalam perjuangan ini telah digunakan sejak lama di Yunani. Apa yang paling penting dari kebaharuan karakteristik dari perjuangan ini merupakan aksi-aksi yang muncul dengan tiba-tiba di seluruh negeri. Pembunuhan seorang anak muda di area terpenting bagi aktivitas anarkis memprovokasikan reaksi yang cepat; selang lima menit kematiannya, sel-sel kaum anarkis di berbagai penjuru diaktifkan. Dalam beberapa kasus, para polisi terlambat tahu dari kaum anarkis perihal alasan kenapa mereka menghadapi serangan dari orang-orang. Bagi masyarakat Yunani, merupakan suatu kejutan bahwa mayoritas anak muda di negeri ini mengadopsi taktik “kekerasan anarkis, memecahkan dan membakar”, namun ini merupakan hasil dari pengaruh aksi dan ide anarkis yang telah ditunjukan kepada masyarakat Yunani selama empat tahun terakhir.

Apakah terjadi konflik antara partisipan aksi?


Partai Komunis memisahkan diri dari para anarkis dan kaum Kiri, dan mengorganisir demonstrasi yang terpisah. Juga, pengumuman yang dilakukan oleh Partai Komunis di media korporat, pidato mereka di parlemen, propaganda negatif mereka terhadap setiap organisasi Kiri membuktikan bahwa mereka merupakan musuh dari setiap usaha untuk perubahan sosial.


Apa opini dari “masyarakat umum” mengenai aksi ini?


Apa yang disebut sebagai “masyarakat umum” selama suatu periode tele-demokrasi merupakan sesuatu yang butuh banyak didiskusikan.


Secara umum, bila berbicara, “masyarakat umum” ketakutan ketika TV berkata bahwa kami “membakar toko-toko orang miskin,” tapi orang-orang juga tahu toko-toko macam apa yang berdiri di distrik-distrik mahal tempat terjadi kerusuhan; mereka ketakutan ketika TV berkata bahwa kaum imigran yang marah turun ke jalan dan menjarah, tapi mereka juga tahu kalau imigran itu kaum yang miskin dan putus asa, dan juga bahwa hanya sebagian kecil dari mereka yang turun ke jalan. Banyak seniman (artis), teoritisi, sosiolog, dan tokoh-tokoh publik lainnya yang menawarkan penjelasan mengenai pemberontakan yang terjadi, dan banyak dari mereka cukup bermanfaat bagi tujuan kami; beberapa di antara mereka barangkali terjebak oleh keinginan mereka untuk berpartisipasi dalam semangat jaman, sementara yang lainnya memanfaatkan situasi untuk secara jujur menyatakan ide-ide mereka.

“Masyarakat umum” marah terhadap pembunuhan atas seorang anak muda berumur 15 tahun oleh polisi, dan mereka semakin membenci polisi, tak ada seorang pun yang menyukai polisi. Mayoritas orang “normal” Yunani tidak mempercayai pemerintahan sayap kanan sekarang ini atau pemerintahan sosialis yang kemarin (dan mungkin masa depan), dan mereka tidak menyukai polisi, toko-toko mahal, atau bank. Sekarang opini publik yang baru hadir menawarkan setiap justifikasi etis maupun sosial dari pemberontakan. Bila kemarin cukup sulit untuk memerintah Yunani, sekarang akan semakin sulit.


Seberapa penting konteks kejadian ini dengan kenangan kediktatoran yang pernah terjadi di Yunani? Bagaimana hal tersebut memengaruhi opini masyarakat luas dan aksi dalam kasus ini?


Pada tahun 1973, anak muda merupakan satu-satunya elemen yang mengambil resiko untuk memberontak melawan kediktatoran yang telah berjalan selama tujuh tahun; meski ini bukan merupakan satu-satunya perjuangan untuk mengakhiri kediktatoran, hal ini menjadi ingatan bersama bahwa pelajar menyelamatkan Yunani dari kediktatoran dan dominasi Amerika Serikat. Merupakan suatu kepercayaan umum bahwa anak muda akan mengambil resiko bagi manfaat semuanya, dan hal ini menghasilkan suatu harapan dan toleransi terhadap aksi-aksi pelajar. Sudah tentu, cerita ini sekarang sudah menjadi cerita usang dan meski telah menginspirasikan latar belakang pertempuran, hal tersebut tidak disebut sebagai titik acuan dari konflik ini.


Pengaruh lainnya datang dari perjuangan pelajar pada tahun 1991 dan 1995 yang menentang privatisasi pendidikan, yang sukses dalam merubah rencana pemerintah dan menyelamatkan pendidikan publik sampai sekarang ini. Juga, pemberontakan tahun 2007 barangkali merupakan puncak dari gerakan anarkis di Yunani sampai sekarang, sebagaimana hal itu menghadirkannya ke seluruh negeri dan dengan pengaruh yang besar bagi aksi-aksi dan slogan serta ide-ide dari mayoritas masyarakat; namun perjuangan pelajar sebelumnya, khususnya di Athena pada tahun 1991 menunjukannya lebih tampak dan umum.


Apa menurutmu kemerosotan ekonomi merupakan faktor yang penting dari kejadian ini sebagaimana yang didengungkan oleh media korporat?


Anak-anak muda dari area-area kaya di Athena juga menyerang stasiun polisi di area mereka, jadi bahkan kaum perang kelas (class war) Marxis memiliki kesulitan yang serius untuk menjelaskan apa yang terjadi: separasi antara yang kaya dan miskin tidak terlalu menjadi pengaruh selama solidaritas yang sudah ada sejak lama dan partisipasi dalam perjuangan akan kesetaran dan keadilan sosial.

Di sisi lain, orang Yunani antara umur 25 dan 35 tahun tidak dapat memiliki anak dan keluarga, karena ekonomi. Yunani merupakan negara yang berpenduduk jarang di seantero Eropa. Namun kita tidak membicarakannya di sini sebagai penyebab pemberontakan. Anak muda marah dan mereka membenci polisi, sinisme kapitalis, dan pemerintahan dalam cara yang alamiah serta instingtif yang tidak perlu penjelasan maupun agenda politis. Media lokal berusaha tidak mendiskusikan kondisi sosialnya lebih dalam tidak seperti yang diberitakan oleh media-media Inggris, Perancis, atau Amerika. Stasiun TV lokal berusaha membuat kebohongan mengenai “pemakai topeng” tukang rusuh yang tidak punya ide maupun identitas sosial, disebabkan oleh pengaruh moral kaum anarkis yang sangat kuat di masyarakat ini dan bila mereka mulai untuk berbicara serius mengenai ide kami di televisi, masyarakat dapat meledak. Terkecuali beberapa program TV dan surat kabar-surat kabar, kebanyakan media massa berusaha untuk memisahkan isu ekonomi dari pemberontakan yang rusuh tersebut.

Bahkan kaum kiri yang berasal dari generasi Mei 68’, ketika mereka berbicara pada media, mereka berkata bahwa kerusuhan dan perusakkan tersebut bukanlah ekspresi politis dari kebutuhan dan harapan masyarakat—bahwa kaum anarkis dan anak muda tidak punya kemampuan untuk mengekspresikan agenda politis, dan masyarakat butuh perwakilan politis yang lain. Sudah tentu, semua itu tidak mempunyai pengaruh kuat terhadap anak muda yang akan berpartisipasi di dalam perjuangan sosial ke depan, sebagaimana setelah perjuangan ini eksis tegangan yang tinggi dan jarak yang begitu hebat antara anak muda dan setiap jenis otoritas kepemimpinan politis.


Motivasi-motivasi apa, selain kemarahan terhadap polisi dan ekonomi, menurutmu, yang membuat masyarakat berpartisipasi?


Kebutuhan personal dan kolektif akan petualangan; kebutuhan untuk berpartisipasi membuat sejarah; kekisruhan negasi dari setiap bentuk politik, partai politik, dan ide-ide politik yang “serius”; gap kultural untuk membenci setiap jenis bintang TV, sosiolog, atau ahli yang mengklaim menganalisamu sebagai suatu fenomena sosial, kebutuhan untuk eksis dan didengar sebagai dirimu sendiri; antusiasme menghantam otoritas dan memperolok para polisi anti huru-hara, kekuatan di dalam hatimu dan api di genggaman tanganmu, pengalaman hebat dari pelemparan molotov dan batu kepada polisi di depan parlemen, di tempat-tempat perbelanjaan mewah, atau di kota kecilmu yang tenang, di desamu, di lapangan kampungmu.


Motivasi-motivasi lainnya termasuk hasrat kolektif untuk merancang aksi dengan teman-teman baikmu, membuatnya menjadi nyata, dan selanjutnya mendengar orang-orang yang menuturkan aksi tersebut selayaknya cerita yang membakar yang mereka dengar dari orang lain; antusiasme dari membaca aksi-aksi yang kau lakukan bersama temanmu di koran atau program TV dari sisi planet lainnya; rasa bertanggung jawab yang kau miliki untuk menghasilkan cerita-cerita, aksi-aksi, dan perencanaan yang akan menjadi contoh global bagi perjuangan di masa datang. Juga sensasi berpesta dengan merusakkan toko-toko, mengambil produknya dan membakarnya, melihat janji palsu dan impian kapitalisme terbakar di jalanan; kebencian terhadap setiap bentuk otoritas; kebutuhan untuk mengambil bagian dalam seremoni pembalasan dendam kolektif atas kematian Alexis di seluruh negeri; kebutuhan untuk membuat pesan yang kuat terhadap pemerintah bahwa bila kekerasan polisi meningkat, kita memiliki kekuatan untuk melawan balik dan masyarakat akan meledak—kebutuhan untuk mengirim pesan langsung pada masyarakat bahwa segala sesuatu harus bangun, dan sebuah pesan pada otoritas bahwa mereka harus menganggap kami dengan serius karena kami ada di mana-mana dan kami datang untuk mengubah semuanya.


Apakah partai-partai politik sukses dalam mengkooptasi energi dari pemberontakan?


Dalam angka yang “sebenarnya”, kaum sosialis suporternya meningkat di atas pemerintahan sayap kanan, memperoleh delapan persen; “kaum komunis Forum Sosial Eropa” kehilangan satu persen meski mereka menolong pemberontakan, namun mereka masih berada di posisi ketiga dengan suara 12 persen; Partai Komunis 8 persen, neo-fasis Nasionalis 4,5 persen, dan Partai Hijau stabil dengan 3.5 persen suara.


Menarik bila mengamati bahwa para pemimpin Sosialis sekarang tampaknya menjadi yang pertama dalam “kemampuannya untuk memerintah negeri” setelah bertahun-tahun kalah populer dari perdana menteri sayap kanan. Kerusuhan telah mempengaruhi kancah perpolitikan: partai-partai politik tampaknya susah untuk menjelaskan atau bereaksi pada kekerasan yang masif dan partisipatif dari setiap level masyarakat. Pengumuman-pengumuman mereka tampak tidak relevan dari apa yang telah terjadi. Popularitas mereka menurun secara dramatis bagi generasi muda, yang tidak melihat logika dan politik dari partai politik dan tidak merasa direpresentasikan oleh mereka.


Bagian apa yang dipegang oleh kaum anarkis dalam memulai dan melanjutkan aksi? Seberapa jelas partisipasi mereka dilihat oleh masyarakat?


Selang beberapa tahun terakhir, kaum anarkis telah menciptakan sebuah jejaring komunitas, grup, organisasi, squat, dan pusat sosial di hampir seluruh kota-kota besar di Yunani. Banyak yang tidak menyukai satu sama lain, sebagaimana banyak sekali perbedaan yang ada antar tiap grup dan individu. Meskipun begitu semua perbedaan tersebut membantu pergerakan, sebagaimana sekarang ini gerakan telah meliputi banyak subyek. Berbagai jenis orang menemukan kamerad-kamerad mereka di gerakan-gerakan anarkis yang berbeda dan semuanya saling mendorong—dalam cara yang positif, kadang antagonistik—untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Komunikasi ini termasuk dengan menciptakan dewan-dewan kampung, berpartisipasi dalam perjuangan sosial, dan merancang aksi yang memiliki arti bagi masyarakat luas. Setelah 30 tahun anarkisme anti-sosial, gerakan anarkis di Yunani sekarang ini, dengan segala problem, batasan, dan konflik internalnya, mempunyai kemampuan untuk melihat keluar dari mikrokosmos anarkis dan mengambil tindakan yang merubah masyarakat secara besar dengan cara-cara yang telah hadir. Sudah tentu, butuh banyak usaha untuk membuat hal ini menjadi umum, namun hari demi hari tak ada seorang pun yang bisa mengacuhkannya.


Untuk peran dari kaum anarkis di dalam memulai dan melanjutkan aksi, khususnya pada awalnya—Sabtu dan Minggu, 6 dan 7 Desember—dan juga kelanjutannya setelah rabu 10 Desember, kaum anarkis merupakan mayoritas yang melancarkan aksi. Di hari-hari pertengahan, terutama hari Senin ketika Armageddon destruktif mengambil tempat, pelajar dan imigran memainkan peranan penting. Namun mayoritas pelajar mendapatkan momen yang gampang setelah satu, dua, atau tiga hari perusakan, dan kemudian pulang rumah atau menghadiri demonstrasi yang atmosfirnya lebih pasifis. Seperti biasa, kaum imigran harus menghadapi efek balik dari masyarakat lokal, dan mereka takut untuk kembali ke jalanan.


Jadi 20,000 anarkis di Yunani yang memulainya, dan melanjutkannya ketika setiap orang kembali ke normalitas. Dan kami harus memberitahu bahwa rasa takut untuk kembali menuju normalitas telah membantu kami untuk memperpanjang pertempuran hingga sepuluh hari lebih, menaruh diri kami dalam bahaya yang hebat sebagaimana aksi pembalasan dendam dari pembunuhan sahabat kami berubah, di dalam fantasi kami, menjadi persiapan untuk pemogokan umum. Sekarang masyarakat Eropa tahu bagaimana wajah dari insureksi sosial, dan bukanlah hal yang sulit untuk merubah dunia dalam beberapa bulan.


Namun kamu butuh orang-orang untuk berpartisipasi dan memainkan peranan mereka. Kaum muda di Yunani mengirim pesan untuk seluruh masyarakat Eropa. Kami menanti respon mereka sekarang.


Seberapa tampak kaum anarkis di Yunani secara umumnya? Seberapa serius anarkisme diperlakukan oleh mayoritas masyarakat Yunani?


Kamu bisa bilang kalau baru tiga atau empat tahun sampai sekarang sejak kaum anarkis mulai memperlakukan diri mereka “secara serius” agar kita dapat dilihat serupa oleh masyarakat luas. Hanya sekitar beberapa tahun kami sukses memperluas melampaui batas-batas strategi anti-polisi yang telah mengkarakteristikan usaha kami selama 25 tahun. Menurut strategi tersebut, kami menyerang polisi, mereka menahan orang-orang, dan kami melakukan aksi solidaritas, dan selalu seperti itu. kami butuh 25 tahun untuk bisa lepas dari rutinitas tersebut. Sudah tentu, serangan-serangan anti-polisi dan pertempuran berlanjut, dan solidaritas bagi tahanan semakin kuat dari sebelumnya, dan elemen anti-sosial dalam gerakan anarkis berada dalam kontrol diri dan kami dapat berbicara, peduli, dan beraksi untuk manfaat seluruh masyarakat sekarang, melakukan aksi dan perencanaan yang dapat dipahami lebih jelas oleh setidaknya sebagian dari masyarakat.


Banyak aksi-aksi, seperti penyerangan terhadap supermarket dan distribusi dari produk-produk yang dicuri kepada masyarakat, menjadi populer dan diterima. Penyerangan terhadap bank-bank, apalagi sekarang yang disertai krisis ekonomi, juga diterima, dan serangan terhadap kantor polisi telah diadaptasi dan digunakan oleh pelajar SMU di seluruh negeri. Satu sisi, kami telah menjadi subyek berita 15 hari terakhir. Berbicara secara umum, dengan partisipasi dari perjuangan pelajar dan pekerja dan juga perjuangan ekologis, setiap minggu aksi yang dilancarkan kaum anarkis menarik perhatian dan menawarkan visibilitas pada gerakan anarkis.


Ini bukan berarti anarkisme telah dipahami dengan serius oleh mayoritas masyarakat Yunani, sebagaimana masih banyak orang percaya pada kebohongan televisi yang menggambarkan kami sebagai “pemakai topeng” dan kriminal, dan juga mayoritas ini tidak memiliki pemahaman bagaimana masyarakat anarkis dapat berfungsi—termasuk banyak anarkis, juga, yang menolak untuk berbicara tentang hal ini! Namun aksi, kritik, dan ide kami memiliki pengaruh yang kuat sekarang pada orang-orang progresif dan Kiri. Tidak lagi mungkin untuk mengatakan bahwa kami tidak eksis dan eksistensi kami meradikalisasi mayoritas generasi muda.


Apa peranan grup-grup subkultur—seperti punk, squatting, dan sebagainya—dalam membuat pemberontakan menjadi mungkin?


Setelah tahun 93 kami punya kecenderungan yang kuat dalam gerakan anarkis Yunani—yang disertai dengan perkelahian internal yang serius—yang mengeliminasi pengaruh gaya-gaya subkultur di dalam gerakan. Ini berarti tak ada punk, rock, metal, atau apa pun identitas anarkis di dalam gerakan anarkis Yunani—kamu bisa menjadi apa saja yang kau inginkan, kau bisa mendengar musik apa pun yang kau suka, namun itu bukanlah identitas politis.


Dalam pertempuran bulan ini, banyak “anak emo” berpartisipasi, dengan kaum hippie dan anak rave, banyak punk, heavy metal, dan juga anak-anak trendy dan pelajar yang menyukai musik Yunani atau apa saja. Itu harus merupakan suatu kesadaran sosial dan politis, kritik sosial dan pemahaman kolektif yang membawamu untuk berpartisipasi dalam gerakan anarkis, dan bukan fesyen. Tentu, sejak 19 tahun terakhir Void Network dan kolektif-kolektif serupa telah memainkan peranan dalam menawarkan introduksi kultural pada ruang-ruang politis radikal. Grup-grup seperti ini mengorganisir even-even politis/kultural, pesta setiap tahun dan memiliki kekuatan untuk menarik ribuan orang dari kultur underground. Meski begitu, Void Network sendiri tidak menciptakan identitas-identitas subkultur, tidak memisahkan subkultur-subkultur yang berbeda, dan berusaha untuk mengorganisir acara-acara yang meliputi hampir semua kultur underground. Memang benar bahwa mayoritas orang di scene menghadiri dan berpartisipasi dalam acara-acara DIY (Do It Yourself) budaya underground; banyak acara diorganisir setiap bulan di ruang-ruang yang dibebaskan.


Apa yang membuat gerakan anarkis sehat di Yunani?


Pemisahan identitas politis subkultur membuat orang mengerti bahwa kamu menyebut dirimu seorang anarkis butuh partisipasi, perencanaan, kreativitas, dan tindakan yang lebih serius daripada sekadar memakai baju antikris dan nongkrong di acara-acara punk minum bir dan mengkonsumsi pil-pil hipnotik.

Sekarang ada pemahaman bahwa kamu menyebut dirimu anarkis maka kamu harus datang ke demonstrasi, turun ke jalan dengan bendera hitam dan merah-hitam, bersama-sama meneriakan slogan dan memanifestasikan kehadiran anarkis. Juga, kamu harus berpartisipasi dalam dewan-dewan yang berbeda-beda dengan orang-orang untuk merancang aksi-aksi, perencanaan, atau perjuangan yang berbeda untuk dapat menyebut dirimu anarkis. Kamu harus berteman dengan orang-orang yang kamu percaya 100 persen untuk merancang sesuatu yang berbahaya, kamu harus sadar akan apa yang terjadi di dunia agar dapat memutuskan tindakan tepat apa yang harus dilancarkan, kamu harus antusias dan gila, untuk merasakan bahwa kamu dapat melakukan hal-hal yang menakjubkan—kamu harus bersedia memberikan hidupmu, waktumu, tahun-tahunmu dalam perjuangan yang takkan pernah berakhir. Cukup sehat bila kamu tidak punya ekspektasi, karena kamu takkan menjadi kecewa. Kamu tidak berharap untuk menang. Kamu biasa untuk hadir, bertempur, lalu menghilang lagi; kamu mengerti bagaimana menjadi orang yang tak terlihat dan terlihat sebagai kekuatan kolektif; kamu tahu bahwa kamu bukanlah pusat alam semesta; namun kapan saja kamu dapat menjadi pusat dari masyarakatmu.


Dalam cara bagaimana menurutmu gerakan anarkis di Yunani dapat menjadi lebih baik dan lebih kuat?


Kami butuh cara-cara yang lebih bagus untuk menjelaskan ide-ide kami kepada masyarakat. Kami butuh teknik komunikasi politis pada seluruh masyarakat, cara-cara yang lebih baik dan kuat untuk membuat “terjemahan politis” dari aksi kami dan menaruh seluruh perjuangan dalam konteks sosial. Dalam tele-demokrasi, di mana politisi tidak lebih dari bintang televisi, penolakan kami untuk berkomunikasi melalui media massa merupakan sesuatu yang sehat, namun kami perlu cara-cara untuk melampaui “realitas konsensus” ini, propaganda media terhadap kami, dan menemukan cara untuk menjelaskan tujuan-tujuan aksi kami pada masyarakat. Selama acara-acara TV “eksis” dan apa saja yang tidak hadir dalam TV “tidak eksis”, kami akan senantiasa berada di situ dengan ide-ide gila kami, dan aksi-aksi berbahaya dan pertempuran jalanan untuk menghancurkan normalitas program TV, kami akan menggunakan iklan negatif dari aksi kami untuk menculik setiap fantasi dan impian dari masyarakat. Tapi bagaimana kami menjelaskan ide-ide positif ke semua orang? Bagaimana kami membantu orang-orang untuk tidak mempercayai media? Bagaimana kami melakukan kontak dengan jutaan orang?


Butuh jutaan poster dan pamplet gratis, yang disodorkan dari tangan ke tangan di jalan-jalan; butuh jutaan undangan untuk demonstrasi dan partisipasi dalam perjuangan sosial; butuh lebih banyak jasa layanan publik yang gratis di sektor-sektor yang tidak disediakan pemerintah—doktor-doktor dan guru anarkis gratis, makanan gratis, akomodasi gratis, informasi, budaya underground, dan seterusnya—yang dapat membawa orang lebih dekat kepada ide kami. Juga butuh lebih banyak squat dan pusat sosial. Jika kamu bisa membuat squat, maka itu lebih baik, bahkan bila itu tidak memungkinkan di kotamu, sewalah gedung dengan teman-temanmu, atasi masalah birokrasi, bangun kolektif, mulai membentuk dewan, dan taruh bendera merah-hitam atau hitam di pintu masuk. Mulai tawarkan pada orang-orang di kotamu suatu contoh hidup dari sebuah dunia tanpa rasisme, patriarki, atau homofobia, suatu rasa akan kesetaraan, kebebasan, dan respek terhadap perbedaan, sebuah dunia dengan kasih dan saling berbagi. Kami butuh lebih banyak “Autonomia” di dalam insureksionisme gerakan anarkis Yunani, untuk membuatnya bersinar seperti suatu paradigma gelombang baru kehidupan sosial dan memperlihatkan metodologi bertahan hidup yang baik di metropolis ini.


Seberapa efektif represi polisi di dalam menghentikan gerakan anarkis? Bagaimana orang-orang melawannya?


Impian dan rencana dari kaum insureksionis telah terkabul: suatu gelombang partisipasi telah “melampaui” kaum anarkis, dan untuk hari-hari yang rusuh orang-orang telah berjalan dan bertempur di kota tidak seperti yang sudah-sudah, dalam suatu eksistensi ruang dan waktu yang tidak terduga.

Di hari-hari yang sama, tentunya, mereka akan berhadapan dengan batasan-batasan dari insureksi. Sekarang ini banyak yang terlibat diskusi panjang dalam memperluas pemahaman popular dan menciptakan praktek-praktek, aksi-aksi, dan metode-metode yang akan mencukupi dan memperkaya perjuangan. Represi polisi tidak memainkan peranan penting dalam kesimpulan kerusuhan melainkan hanya kelelahan fisik. Semua dari kami berbagi suatu rasa penyelesaian dan permulaan, dan inilah perasaan yang tak dapat disentuh oleh polisi.

Menurutmu apa hasil dari kejadian Desember ini?


Perjuangan yang terus berlanjut! Pertempuran demi kesetaran politis, sosial, dan ekonomi yang takkan pernah selesai! Ekspansi konstan dari kebebasan!


Ke depan nanti, pemerintah neoliberal Yunani dan seluruh Eropa akan berpikir dua kali sebelum mengimplementasikan setiap jenis perubahan ekonomi dan sosial. Kerusuhan di Athena dan krisis ekonomi mengakhiri sinisme otoritas, bank, dan korporasi, hingga meradikalisasi sebuah generasi baru di Yunani, dan memberikan masyarakat kami suatu kesempatan untuk membuka dialog tentang perjuangan sosial masif di waktu depan nanti.


Sebagaimana slogan bulan Desember 2008 di Athena dan Exarchia berucap:


KAMI ADALAH BAYANGAN DARI MASA DEPAN


“Jika sesuatu membuat kita takut, maka itu berarti kembali pada normalitas. Karena di setiap jalan-jalan yang telah dirusak dan dihancurkan dari kota kita yang terbakar kita tidak hanya melihat hasil yang lumrah dari kemarahan kita, tapi kemungkinan untuk memulai hidup. Kita tak lagi punya sesuatu yang harus dilakukan selain membuat diri kita berada di dalam kemungkinan ini dan merubahnya menjadi suatu pengalaman yang hidup: dengan berpijak pada keseharian hidup, kreativitas kita, kekuatan kita untuk mematerialisasi keinginan kita, kekuatan kita untuk tidak berpikir tapi untuk mengkonstruksikan yang nyata. Inilah ruang vital kita. Sisanya adalah kematian. “


- Pernyataan dari pendudukan Sekolah Ekonomi dan Bisnis Athena

Read More......