Selasa, 28 Agustus 2012

TEKNOLOGI KAPITALIS DAN MATINYA EKONOMI



I
Teknik dan perkakas lahir bersama Homo Sapiens beberapa ratus ribu tahun lalu. Mana yang lebih dahulu, sulit dipastikan: apakah Homo Sapiens ataukah perkakas. Teka-tekinya persis seperti teka-teki ayam dan telur. Yang agak pasti, bersama keduanya Homo Sapiens mengatasi alam dan membabarkan lakon kekuasaan manusia yang progresif. Sejak Homo Ergaster menemukan kapak batu sederhana, pemberontakan mahluk lemah yang cerdas ini terhadap alam tidak pernah bisa dihentikan. Bahkan oleh manusia itu sendiri. Seperti membuka Kotak Pandora, sekali terbuka maka pelampauan alam lewat teknik dan perkakas akan terus berlangsung selama manusia ada.

Dalam kehidupan pasca-Neanderthal, teknik dan perkakas berada di titik paling penting evolusi kebudayaan. Sebab mereka melakoni peran dialektis dan paradoks: merekalah anak sekaligus ibu kebudayaan; merekalah ayam sekaligus telur. Mereka juga Brahma sekaligus Siwa kebudayaan yang mencipta sekaligus menghancurkan. Teknik domestifikasi gandum dan domba menghasilkan Babilonia. Senjata dan teknologi perang menghasilkan keruntuhannya. Seperti nubuat Nietzsche tentang perulangan segala sesuatu secara abadi, di banyak titik kebangunan dan kejatuhan peradaban, teknologi selalu memainkan peran penting, bila bukan yang utama.

Read More......

NIETZSCHE, CYPHER, DAN TAKDIR PERSONAL




Cypher Talks to Agent Smith:

(Pausing, he examines the meat skewered on his fork) You know, I know that this steak doesn't exist. I know when I put it in my mouth, the Matrix is telling my brain that it is juicy and delicious. After nine years, do you know what I've realized? (He pops it in, eyes rolling up, savoring the tender beef melting in his mouth) Ignorance is bliss. I don't want to remember nothing. Nothing! You understand? And I want to be rich. Someone important. Like an actor. You can do that, right? All right. You get my body back in a power plant, reinsert me into the Matrix and I'll get you what you want.

The Matrix adalah salah satu film favoritku, yang seringkali aku tonton lagi saat aku merasa jenuh atau sedang galau. Film yang katanya terinspirasi dari karya agung filsuf Prancis, Jean Baudrillard, ini memang menarik—yah paling tidak filmnya cukup menghiburlah, terutama bagi orangorang yang menggandrungi teori-teori terkini mengenai kritik terhadap modernisme. Di salah satu adegan, Neo bahkan memegang sebuah buku berjudul Simulacra, sebuah teori dari Baudrillard yang singkatnya menjelaskan proses memanipulasi kenyataan. Simulakra sendiri bukanlah sesuatu yang baru sebenarnya. Beberapa tahun sebelum Baudrillard, Guy Debord—yang juga dari Prancis—telah menerbitkan buku (yang kemudian juga dibuat film oleh orang yang sama) berjudul Society of The Spectacle. Secara konsisten, Debord beserta para individu yang bertemu dalam Situationist International terus menelurkan analisaanalisa turunan untuk mengungkap spektakel (atau simulakra, dalam bahasa Baudrillard) yang merupakan efek langsung dari kapitalisme mutakhir.

Read More......

FILSAFAT CINTA



Tidak seperti yang diduga selama ini, bahwa cinta sepenuhnya merupakan hal yang jauh dari sekadar erotika. Cinta merupakan elan vital kehidupan. Pada titik tertentu ia merupakan suatu daya evolusi. Seperti yang dikatakan Jalaludin Rumi, bahwa kehidupan berporos pada cinta. Sekadar ilustrasi, setiap laron akan mendekati cahaya. Upaya mendekati itu yang disebut sebagai cinta. Semesta selalu dalam keadaan tidak diam. Ketidakdiaman tersebut yang disebut sebagai cinta. Tulisan berikut merupakan pengantar untuk membahas cinta—dalam hal ini cinta yang diterjemahkan dalam bentuk pola relasi—dalam tinjauan berbeda, yakni poliamor dan cinta kemitraan (love partnership atau love ecological).

Sebuah Kritik untuk Relasi Cinta

Tulisan ini berpijak pada tesis bahwa cinta dengan relasi cinta adalah hal berbeda satu sama lain: cinta adalah lain hal dan relasi cinta adalah satu hal. Dengan demikian, kritik cinta dalam bagian ini lebih difokuskan pada relasi cinta. Pada sisi lain, persoalan yang terjadi di dalam percintaan lebih banyak bersumber pada persoalan relasi cinta. Tentu saja, bukan berarti bahwa tidak terdapat ketidaktepatan dalam membaca dan memaknai cinta. Ketidaktepatan tersebut juga turut memengaruhi dalam membangun dan menjalankan relasi cinta.

Read More......