Senin, 01 September 2008

HEY KAWAN, MARI KITA BERLIBUR

Jika pemungutan suara bisa merubah segalanya, itu pasti illegal – Ray Cunningham

Beberapa tahun belakangan, negeri ini katanya mengalami kemajuan pesat dalam demokrasinya. Pilkada secara langsung, misalnya. Tapi ah, itu cuma pendapat elit politik saja. Buktinya demokrasi yang dijalankan tetap bukan solusi terbaik. Pemimpin boleh silih berganti, tapi kenyataannya semua tetap berjalan sama saja.

Lihat saja hasil dari pemilihan kepala daerah, di mana-mana justru dimenangkan
oleh golput. Secara kasar, berarti masyarakat sudah tidak lagi percaya dengan demokrasi perwakilan yang diterapkan saat ini. Bermacam alasan diutarakan, mulai dari yang merasa golput adalah solusi, calon pilihan tidak ada yang sesuai, hingga mereka yang jenuh: memilih atau tidak memilih tidak akan memberikan perubahan.

Bicara mengenai pilkada, pastinya tidak akan lepas dari janji-janji manis yang dilontarkan untuk menghipnotis para pemegang hak pilih. Juga bagaimana program kerja yang ditawarkan, hingga kita menyadari bahwa semua itu hanya omong kosong untuk memperoleh dukungan sebanyak-banyaknya dalam pesta pemilihan.


Pada prakteknya, lima tahun ke depan birokrasi tetap akan ribet. Peluang korupsi di pemerintahan akan tetap sama, kesejahteraan hanya pada kelas ekonomi mapan, pendidikan tetap akan menghasilkan robot-robot pekerja, dan hal-hal sama lainnya atau bahkan akan lebih buruk lagi. Untuk berpartisipasi sebagai kandidat pemimpin, membutuhkan dukungan partai politik, yang pasti membutuhkan dana besar. Pastinya dana itu juga harus diganti bila menang dalam pemilihan. Pada akhirnya semua pemimpin akan tetap mempertahankan kepercayaan para penyokong dana kampanye selama dia menjabat posisi pimpinan, di mana penyokong dana adalah pengusaha yang membutuhkan birokrat agar bisa melanggengkan bisnis tanpa ada hambatan dari birokrasi yang ribet.

Lalu bagaimana nasib kita yang diistimewakan selama pesta demokrasi tadi? Di saat suara kamu dibutuhkan, tentunya kamu akan disanjung dan dibuai dengan janji-janji manis. Berbagai fasilitas akan diperoleh karena mereka sedang membutuhkanmu. Berbagai panggung hiburan dengan deretan selebriti papan atas; bermacam baliho terpampang dengan slogan, nama, dan gambar calon pimpinanmu nantinya; hingga program-program kerja lima tahun ke depan yang mengilusi nasibmu. Dengan kata lain kamu akan menggantungkan segala keputusan hidupmu di tangan mereka. Setelahnya, seperti biasa, kamu hanya akan dicampakkan karena mereka telah berkuasa. Dan kamu tak akan sanggup mengontrolnya. Masihkah kamu mempercayai para wakil rakyat?

Kebebasan nyata tak akan dapat ditemui dalam kotak pemilihan. Kebebasan bukanlah berarti sekedar kemampuan untuk memilih dari beberapa alternatif—melainkan berpartisipasi untuk membuat alternatif sendiri, membentuk dan mendekor ulang lingkungan di mana alternatif-alternatif tersebut dapat terbentuk. Inilah yang sebenarnya didambakan masyarakat saat ini, di mana kita harusnya terlibat langsung dalam menentukan jalan hidup yang akan kita lakukan—bukan melalui perwakilan hidup.
Pemilihan pemimpin adalah wujud ekspresi dari ketidakberdayaan masyarakat, karena hanya menggantungan pilihan hidup pada segelintir pihak di luar dirinya. Pada kenyataannya kita bisa menciptakan kebahagiaan kita sendiri tanpa perlu diwakilkan oleh mereka. Kita sendirilah yang akan menjalani hidup ini dengan atau tanpa mereka yang duduk sebagai penguasa.

Mari kita menikmati hidup. Ada banyak alternatif untuk hidup bahagia tanpa adanya
sosok pemimpin dan negara. Mulailah dari masyarakat kolektif yang menerapkan demokrasi partisipatoris dalam keseharian, di mana para partisipan selalu terlibat dalam pengambilan keputusan, dalam posisi yang setara dan tidak ada paksaan. Lupakan juga standarisasi nilai yang benar maupun yang salah. Biarkan orang lain untuk memiliki tujuannya dan cara pencapaiannya sendiri. Tidak ada seorang pun yang lebih mampu menentukan bagaimana seseorang harus hidup, tidak ada seorang pun yang dapat menentukan pilihan tentang apa yang harus dilakukan untuk mengisi waktu dan lebih mengenal potensi yang dimiliki—selain dirimu sendiri.

Ini adalah hidupmu, pegang kendali penuh atasnya. Menyalahkan mereka tidak akan pernah merubah hidupmu menjadi lebih baik. Ah, sepertinya lebih baik kita berlibur daripada harus antri ke bilik suara yang tidak akan pernah merubah nasib kita seperti pemilihan-pemilihan umum yang lalu.
Menikmati hidup dengan bersenang-senang tentunya akan lebih bermakna bagi kita. Menghabiskan hari bersama keluarga yang selama ini sedikit kita lupakan, meneruskan hobi yang semakin kita sisihkan, menyirami kembali pikiran yang penuh dengan kebosanan dengan berbagai aktivitas menyenangkan, mengunjungi keluarga atau teman lama yang sudah lama tidak kita kunjungi, dan banyak lagi kegiatan yang selalu kalah oleh kesibukan kita sehari-hari.

Lupakan pemilihan-pemilihan pemimpin, karena itu hanyalah omong kosong tentang keadilan demokrasi perwakilan yang tidak akan pernah membawa kesejahteraan bagi kita semua. Penyerahan keputusan hidup secara mutlak pada wakil-wakil di luar diri kita hanya sebuah perwujudan kebodohan yang dipaksakan. Tirani mayoritas yang dilegalkan.

Untuk bisa membuat taman bunga yang sangat indah, kita harus mencabut tanaman-tanaman pengganggu sampai ke akarnya. Tanam bibit-bibit bunga baru, sirami dan rawat dengan penuh kesungguhan. Hingga ia akan mengembang saat senja secara malu-malu menampakkan wajahnya. Bagi kita semua.

Soetojo Soetojo

0 komentar: